Ruangan seketika senyap, saat Mas Andy F Noya yang menjadi host Kick Andy itu menahan air mata saat bercerita tentang ibu beliau. Semua ikut mendengarkan dengan menahan napas, setelah selang 1 menit kemudian akhirnya Mas Andy memulai ceritanya. Dengan berkaca-kaca, beliau menceritakan bagaimana ibundanya memaksakan berlangganan koran yang sering nunggak, supaya Mas Andy bisa membaca. Karena dengan membaca buku, ibu Mas Andy yakin, bahwa itu dapat mengubah kehidupan seseorang.

Buku selalu menjadi harapan Mas Andy untuk mengubah hidupnya. Dengan keyakinannya, bahwa banyak membaca akan memberikan cakrawala dan ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna. Membaca buku adalah satu-satunya jalan bagi beliau untuk keluar dari kemiskinan. Banyak membaca buku, artinya akan mengubah hidup beliau. Dan nyatanya itu terbukti. Siapa yang tidak kenal dengan acara Kick Andy?

Sewaktu Mas Andy kecil, hidupnya berada di garis kemiskinan. Untuk makan saja susah apalagi membeli buku, padahal Mas Andy sangat menyukai membaca. Tapi dirinya tidak patah semangat dan rajin membaca buku di perpustakaan. Hal tersebut ternyata dilakoninya sampai kuliah. Lagi-lagi soal keterbatasan dan mahalnya harga buku. Mau tidak mau, kesehariannya adalah nongkrong di perpustakaan Nyi Ageng Serang untuk menyalin isi buku kuliah milik temannya.

Setelah selesai menyalin, keingintahuan akan buku-buku yang berada di perpustakaan membuat Mas Andy tenggelam dalam semua jenis buku. Apa saja dibaca dan banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna. Buku menjadi jendela dunia yang sampai saat ini memberikan jalan keluar terhadap peliknya hidup Mas Andy di masa lalu. Karena itulah, di setiap acara Kick Andy, pasti selalu ada acara bagi-bagi buku. Kenapa? Mas Andy selalu ingat bahwa dulu beliau susah sekali membeli buku, sehingga kali ini, beliau bermurah hati membagikan buku kepada siapapun.

Tidak jauh berbeda dengan kisah Bapak Jahja Setiaatmadja, Direktur BCA, yang mengungkapkan bagaimana dengan belajar dan membaca banyak buku membantunya untuk melewati masa sulit di masa kecil. Karena keterbatasan biaya, cita-cita Pak Jahja untuk kuliah jurusan yang disukainya kandas dan memilih untuk sekolah sesuai dengan kemampuan biayanya. Tapi kemudian, dengan usaha dan kerja keras ditambah dengan rajin membaca, menjadikan hidup berubah.

Karena buku adalah jendela dunia, sudah selayaknyalah bahwa kebiasaan membaca buku, harus digalakkan lagi ke seluruh generasi terutama generasi millenials. Apalagi di jaman digital saat ini, yang ternyata memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat membaca buku. Walaupun tingkat membaca menjadi tinggi, sangat disayangkan bahwa ternyata hanya 10% yang mengakses ilmu pengetahuan.

Melihat mirisnya perkembangan dunia literasi terutama terhadap minat baca generasi muda yang semakin menurun ini, BCA menggelar Kafe BCA V yang bertema membaca dari generasi ke generasi. Diskusi singkat namun padat di hari Rabu, 15 Maret 2017 kemarin di Menara BCA Jakarta, ini membuka mata saya. Bagaimana buku yang sepertinya sudah mulai ditinggalkan ini, seharusnya menjadi sebuah cakrawala ilmu pengetahuan untuk generasi muda terutama yang masih berada dalam golden age.

#BelajarLebihBaik dengan Membaca

Membiasakan anak untuk membaca itu sangat mudah. Mulailah dengan orang tuanya sendiri yang memberikan contoh. Tunjukan rasa senang, bahagia, dan hal hal baik yang didapat karena membaca. Mulai dari situ, maka anak akan tertarik dan penasaran dengan kegiatan membaca. Kemudian apabila sudah menemukan perasaan yang menyengkan dengan membaca, maka kebiasaan itu akan didapatkan.

Tips lain dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Ibu Tjut Rifameutia Umar Ali, adalah dengan membawa anak ke perpustakaan, mendongengkan buku, sampai menceritakan isi dari buku kepada anak. Apalagi masa-masa keemasan anak, usia dari nol sampai enam tahun adalah masa terbaik untuk menanamkan kegiatan membaca. Jadi saat keemasannya itulah yang harus kita tanamkan bahwa membaca itu menyenangkan.

Pemerintah pun berpartisipasi untuk meningkatkan budaya membaca di Indonesia. Salah satunya adalah dengan Gerakan Nasional Literasi, yaitu kegiatan 15 menit membaca buku sebelum pelajaran dimulai yang dijelaskan oleh Bapak Dadang Sunendar, Kepala Badan Pengembangan dan Pembina Bahasa Kementrian Pendidikan. Tentunya tidak hanya program pemerintah saja yang harus kita dukung, namun sebagai orang tua, kita yang lebih tahu bagaimana menumbuhkan minat membaca untuk anak-anak kita.

Peduli Dengan Literasi Indonesia? Mari Memberi Buku Untuk Indonesia

Kepedulian terhadap minat baca bangsa Indonesia terutama generasi muda yang mulai menurun, membuat BCA ingin berpartisipasi dalam peningkatan minat baca. Oleh karenanya, di acara Kafe BCA tersebut, diluncurkanlah sebuah program “Buku Untuk Indonesia”. Sebuah gerakan berbagi, dimana masyarakat luas yang peduli dengan literasi, dapat berdonasi untuk memberikan buku yang akan dibaca oleh anak-anak di pelosok negeri. Tujuannya tentu saja untuk membuka akses masyarakat terutama anak-anak terhadap buku sebagai sarana penunjang belajar.

 Untuk

Untuk berpartisipasi dalam program ini sangat mudah. Cukup ke website www.bukuuntukindonesia.com, pilih nilai berbagi buku yang dimulai dari 100rb, lanjutkan transaksi di Blibli.com dan dapatkan kode voucher untuk klaim kaos BCA berbahan dri-fit. Uang yang didoanasikan akan dikonversi menjadi buku dan disalurkan ke beberapa daerah di Indonesia. Semudah itu dan semurah itu untuk membantu anak-anak yang membutuhkan banyak buku untuk mengubah hidup mereka.

Masih belum percaya donasi buku kita akan membawa perubahan bagi anak-anak yang membacanya? Yuk mulai membaca buku dan menularkan kebiasaan baik ini ke anak-anak kita sendiri.

0 0 votes
Article Rating