Setelah menunggu cukup lama dari pengumuman Giveaway bulan Juni lalu yang diadakan kekenaima.com, akhirnya sampai juga di penghujung acara waktu yang ditentukan untuk acara berkemah. Yihaaa!! Oia buat yang mau baca tulisan saat saya menang bisa dibaca di sini. Kebetulan saat itu temanya adalah tentang keluarga. Dan karena hadiahnya berkemah keluarga di Tanakita, akhirnya saya tulis tentang hobi keluarga saya yang doyan jalan. Tentunya pakai photo andalan saya dan anak-anak yang lagi jalan-jalan qiqiqi. Alhamdulillah keangkut juga.

Sesuai ketersediaan waktu yaitu bulan Nopember dan kesepakatan di tanggal 8, akhirnya saya dan teh Ulu (Bandung Diary) jadi juga ke tempat keren yang ada di kaki Gunung Gede Pangrango. Wuih ngga kebayang kalau saya bakal ke gunung. Karena, terakhir main ke gunung itu waktu jaman ospek dan acara rohis jaman kuliah. Yang dingin banget udaranya sampai alergi saya keluar wekekek. Akhirnya bikin kapok dan rada males. Eitss tapi yang kali ini, ternyata beda banget loh. Apalagi ternyata cocok juga untuk keluarga.

Saya memang penasaran banget sama Tanakita ini. Sewaktu baca tulisan mba Myra di blognya, saya sumpah mupeng abis. Tapi cari temen ke sana juga susah, kalo bawa keluarga takut juga anak jadi ngga nyaman. Akhirnya alhamdulillah dapet kesempatan bagus buat kesana. Dan ternyata perkiraan susah, ribet, anak rewel sama sekali ngga terbukti. Sampai sekarang pun masih kebayang serunya kemping keluarga di Tanakita ^^.

Lokasi Tanakita

Awalnya saya kurang begitu ngeh lokasi ada dimana. Tapi yang saya ingat memang ada di kaki gunung Gede Pangrango yang saya tau memang di Sukabumi. Dan beberapa hari sebelum berangkat saya baru mulai mencari peta perkiraan lokasi karena saya berencana membawa mobil dari Jakarta.

Lokasi perkemahan Tanakita ini letaknya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jadi kalau dari Jakarta, keluar di jalan tol ke arah Sukabumi kota. Terus aja, jangan belak belok sampai ketemu Polsek Cisaat dan langsung belok kiri yang ada plang Situ Gunung. Dari situ, tinggal lurus mengikuti jalan kecil yang sudah beraspal sampai ujung jalan dan itu adalah pintu masuk taman nasional. Kurang lebih hanya berjarak sekitar 100 meter yang kalau jalan malam-malam lumayan juga hehehe. Untungnya mobil bisa masuk sampai area perkemahan utama.

Cara ke Tanakita

Awalnya saya berencana pergi dengan suami dan anak-anak (Aliya dan Rafi). Tapi ternyata suami mendadak harus ke Lombok di hari minggu karena pekerjaan yang mendesak. Hal itu sudah saya antisipasi sebetulnya dengan mengajak adik saya yang masih kuliah. Lumayanlah buat jagain anak-anak pas saya tubing dan bisa gantian nyetir juga. Dan beberapa jam sebelum berangkat ternyata dia tepar, kecapekan pulang dari bandung malam sebelumnya. Yo uwis, the show must go on. Saya akhirnya memutuskan menyetir sendiri ke Sukabumi bersama duo bocil kocak ini.

Kalau berencana membawa mobil ke Tanakita, kudu sabar dan enaknya berangkat pagi. Total perjalanan yang saya tempuh sekitar 6 jam yang normalnya hanya sekitar 3,5 jam. Berangkat dari Tangerang jam 11.30 siang dan baru tiba di Tanakita sekitar jam 19.00 malam. Perjalanan termasuk lama karena macet dimana-mana, terutama di sepanjang jalan menuju Sukabumi.

Google Maps bisa diandalkan karena tetap dapat sinyal dan menunjukkan posisi Polsek Cisaat dengan tepat. Dari keluar tol Ciawi menuju Sukabumi ada banyak pertigaan yang membuat macet, ditambah pasar, pabrik, bis besar, dan truk. Jadi pastikan santai dan selalu awas.

Alternatif lain adalah dengan naik bis, tinggal cari jurusan Sukabumi kota dan minta turun juga di Polsek Cisaat. Dari situ, ada angkot merah yang siap mengantar sampai taman nasional. Sepertinya lebih simple dan ngga capek juga kalo naik bis.

Cara lainnya menurut situs Tanakita, bisa menggunakan kereta api dari bogor ke Sukabumi dan turun di Stasiun Cisaat. Jadwal yang tersedia ada di jam 07.55, 12.55, 18.30 untuk jurusan bogor – sukabumi dan di jam 05.00, 09.56, 15.01 untuk jurusan sukabumi – bogor. Tiketnya bisa dibeli online dengan harga Rp. 50.000 untuk eksekutif dan Rp. 20.000 untuk ekonomi. Dari Stasiun Cisaat bisa carter angkot langsung ke Situ Gunung.

Kemping Bintang Lima

Saat saya sampai di Tanakita, sudah gelap dan jalan cukup menegangkan. Tapi karena bawa anak, saya berusaha santai dan jaim wkwkwk. Kalo saya kelihatan takut kan mereka juga jadi ikut takut. Jalanan cukup terjal dan juga licin karena habis hujan. Walaupun mobil yang saya gunakan tipe city car matic, Alhamdulillah masih bisa dipakai di turunan yang agak curam dan tanjakan tajam.

Begitu sampai, langsung di sambut tuan rumah mba Myra yang udah khawatir saya nyasar hihihi. Iya memang hampir nyasar saat saya belok ke arah pelabuhan ratu tapi langsung tersadar kalau itu salah dan puter balik lagi. Dan ngga tanggung-tanggung karena langsung disuguhi makan malam prasmanan dan hiburan lagu-lagu yang dinyanyikan secara akustik. Akhirnya ketemu juga ama teh Ulu yang datang bersama suami dan Nabil kecil usia dua tahun.

Oia pada saat berangkat, mba myra berpesan ke saya untuk membawa senter. Pas saya lagi cari dan memasukkan ke tas, anak saya kebetulan lihat dan langsung penasaran kenapa bawa senter. Langsung aja saya ceritain kalo kita mau cari kunang-kunang di hutan hihihi. Mereka langsung semangat banget dan begitu sampai di Tanakita langsung nagih pengen lihat kunang-kunang. Duh anak kecil.

Sehabis makan dan memasukkan barang di tenda, udah pada siap-siap nih berpetualang mencari kunang-kunang. Lokasinya deket ternyata, karena ada di bawah lokasi tenda. Kunang-kunang yang hanya muncul kalau gelap ternyata masih malu-malu untuk keluar. Kita hanya bisa melihat beberapa kunang-kunang yang menyala dikejauhan. Selain itu juga melihat jamur yang menyala di kegelapan. Aslinya sih warnanya putih hehehe.

Ngga berapa lama, anak-anak sudah bilang kalo mengantuk. Ya sudah akhirnya kita balik lagi ke tenda. Seperti biasa, selalu cuci tangan dan cuci kaki kalau mau tidur. Dan eng ing eng, kamar mandinya bagus euy. Kaya di hotel dan bersih banget. Lengkap dengan shower, wastafel, dan juga closet duduk maupun jongkok ada di sini. Nuansanya alam banget, karena beralaskan batu kerikil jadi ngga licin.

Sampai di tenda, anak-anak udah ngga sabar pengen tidur. Begitu melihat spring bed yang ada di tempat tidur, langsung deh heboh. “Mah, tempatnya enak ya”. Qiqiqi mereka ngga nyangka banget kayaknya kalo tidur di tenda bisa nyaman banget. Bahkan ada kantong tidur juga yang langsung dicobain dan berasa hangat. Ah malam yang seru karena banyak suara-suara binatang dan juga masih terdengar nyanyian akustik yang merdu itu. Ngga berapa lama, anak-anak saya terlelap karena lelahnya perjalanan.

Dan keindahan alam kaki Gunung Gede Pangrango baru terlihat di pagi hari. Sunrise yang kemerahan sukses bikin saya dan Rafi terpesona. Saat matahari datang juga baru terlihat hijaunya alam, keindahan dunia bawah, sampai awan mendung yang menyelimuti langit. Di situ ada semacam balkon yang memungkinkan kita duduk menikmati keindahan pagi. Tupai, anjing kecil, laba-laba, bahkan monyet banyak berkeliaran secara bebas. Wah sungguh pemandangan yang tidak ternilai.

Anak-anak juga senang bisa bermain di alam hijau. Bebas banget mereka berlarian, guling-guling, bahkan sampai menggoda anak anjing yang lucu-lucu. Sarapan pagi pun juga jadi hangat dan seru karena ada acara membuat pancake. Qiqiqi langsung aja tangan-tangan mungil Aliya dan Rafi berebut ingin mencoba membuat pancake yang diisi dengan coklat dan keju. Wah ngga terlupakan deh.

Tubing di Sungai 

Wajib banget buat pemenang Giveaway Tanakita untuk ikutan tubing. Qiqiqi itu yang bikin saya semangat ikutan giveaway mba Myra sebenernya. Saya suka sebetulnya kegiatan ekstrim, walaupun belum pernah ikutan rafting tapi saya ngga nolak juga kalo bisa tubing gratis. Dan salah satu pengganjal saya cuma anak-anak aja yang ribut banget pengen ikutan tubing, tapi untungnya pada bisa dibujuk untuk naik flying fox sesudah tubing. Dengan berat hati, terpaksa menitipkan anak-anak saya yang ceriwis ini ke mba Myra, qiqiqi makasih banget ya mba mau direpotin.

Lokasi menuju tubing cukup curam dan melewati sisi sungai Cigunung. Mba Myra bersama Nai dan Aliya Rafi menyusuri pinggir sungai untuk bertemu di ujung finish tubing. Untungnya anak-anak saya pernah ikutan outbound di Kandank Jurang Doank, jadi mereka ngga kaget melihat jalan kecil, berbatu, penuh dengan lumpur, dan aneka macam binatang hehehe. Jalannya juga ditemani staff dari Tanakita yang bertugas menyiapkan minuman dan goreng makanan saat finish jadi saya merasa aman juga.

Tubing ini sendiri adalah kegiatan meluncur bebas di permukaan sungai yang memiliki arus yang ringan. Naiknya di atas ban, tepatnya ada dua ban yaitu besar dan kecil. Yang kecil supaya badan bagian bawah tidak terkena batu-batu sungai dan yang besar untuk melindungi badan dari benturan batu-batu. Untuk perlindungan juga harus memakai alat keselamatan seperti helm, jaket pelampung, pelindung tangan, pelindung kaki, sampai sarung tangan. Oia untuk lebih amannya, harus pakai sepatu karena banyak bebatuan dan terkadang kaki suka terbentur.

Sebelum kegiatan tubing di mulai, dilakukan briefing terlebih dahulu. Mulai dari memasang alat pengaman, lokasi tubing, cara ber-tubing, sampai posisi tubuh di atas ban untuk keselamatan. Ada 5 staf yang membantu jalannya tubing dan 1 staf yang di darat untuk menyiapkan makanan. Berbagai kemungkinan bisa terjadi di sini, mulai dari ban kebalik, sepatu atau sandal hanyut, kebentur, dan lain-lain. Wuih seru sekaligus serem yak wekekek. Tapi ngga se-ekstrim yang dibayangkan kok ^^.

Start dari ujung atas sungai Cigunung sampai finish di daerah sungai bawah yang dijadikan tempat wisata daerah setempat. Waktu itu kami serombongan ada 11 orang peserta termasuk suami Mba Myra dan anaknya Keke. Katanya kalau lebih banyak lebih rame hehehe iya karena pasti teriak teriak didinginnya air sungai, heboh di turunan tajam, dan suka ketakutan terkena batu. Untungnya di setiap daerah yang berbahaya seperti curam dan aliran yang deras itu, para staff sigap banget menangkap ban dan memposisikan supaya ban ngga terbalik.

Ih pokoknya meni seruu, kata teh Ulu qiqiqi. Teh Ulu aja yang tadinya takut-takut buat ikutan akhirnya ketagihan saking adrenalin terus berpacu. Lah saya? Muka datar aja yang dikira tegang hahaha. Takut aja kepala kepentok batu, karena memang batunya super gede banget dan berusaha untuk selalu hadap depan. Beberapa kali juga nyangkut ke batu-batu dan ditarik sama stafnya qiqiqi jangan-jangan keberatan badan lagi. Pas meluncur di antara arus yang dalam, sempet merem dan sedikit menekukkan kaki, takut euy kena batu. Untungnya pake sepatu jadi beberapa kali kepentok batu tetap aman.

tubing-tanakita
Photo by KekeNaima.com

Di pertengahan sungai, sempat istirahat. Disediakan teh panas untung menghangatkan badan, maklum dingin banget airnya. Apalagi pake sepatu dan sarung tangan yang tambah dingin kalo basah. Beberapa temen tubing udah pada pengen udahan, kelihatan dari setiap stop dia nanya udah finish belom hahaha. Lha kita aja pengen terus, dia mau udahan.

Photo by KekeNaima.com

Sampai di ujung finish tubing, ternyata arus sungai sudah ngga deras lagi. Mba Myra, Nai, dan Aliya Rafi sudah siap ada disana. Bahkan Rafi Aliya udah pada pake baju berenang karena udah ngga sabar pengen ikutan nyemplung. Begitu sampai, langsung deh saya ajak mereka mandi di sungai. Hihihi seru abis dan pada seneng mandi di sungai. Berkali-kali mereka bilang kalo airnya dingin, bersih, jernih, dan segar. Wuih rasanya ngga pengen pulang.

Di pemberhentian ini juga, kita disuguhi lagi gorengan hangat yang baru digoreng sama teh panas juga. Ada toilet buat yang mau ganti baju kalau takut masuk angin. Dan saat kembali ke perkemahan, kita naik angkot yang sudah siap sedia di sana. Ih pokoknya seru banget hari itu.

Setelah berganti baju, kita langsung siap-siap lagi nih buat flying fox. Karena Rafi Aliya udah ribut aja hehehe. Dan ini bukan pertama kalinya juga flying fox, justru karena sudah pernah sewaktu di Kandank Jurang Doank jadi pada nagih pengen lagi. Untuk kegiatan ini cukup anak-anak aja deh, jadi Nai, Rafi, dan Aliya aja yang main. Emaknya cukup nonton aja karena   udah pada bosen hehehe bahkan Keke yang udah besar pun udah ngga merasa seru naik flying fox lagi. Walaupun cukup tinggi medannya (sekitar 12 meter) dan jembatannya kecil untuk berjalan, Aliya Rafi tetep berani dan pede banget buat naik qiqiqi. Dan setelahnya mereka ribut pengen lagi. Duh mama juga mau nak balik lagi ke sini. Nyokk nanti kita ajak papah ikutan berpetualang ^^.

Makasih banyak yaa Mba Myra (KekeNaima.Com) dan Tanakita yang sudah sponsori kita jalan-jalan gratis, seru, menarik, dan tidak terlupakan. Banyak hal yang bisa dilihat disini, mulai dari anak anjing yang lucu-lucu, belajar buat pancake untuk anak-anak, main bersama Nabil dan Kak Keke Naima, sampai anak saya terkaget-kaget lihat spiderman eh laba-laba sama kaki seribu. Hihihi pokoknya ngga terlupakan, karena mereka berkali-kali bilang pengen balik lagi ke sana.

Tips Liburan ke Tanakita

Untuk liburan nyaman di Tanakita, saya punya beberapa tips nih. Siapa tau berguna buat temen-temen yang berencana pergi kesana.

  1. Usahakan berangkat pagi. Ini supaya menghindari macet juga dan kalau sampai di Tanakita siang hari masih bisa main ke danau di sore hari. Rencananya kita juga mau ke danau, tapi karena saya sampainya kemaleman batal deh. Tapi teh Ulu subuh-subuh udah main ke danau lihat sunrise. Karena saya ngga tau jalan dan Aliya masih tidur saya ngga ikutan dan menikmati sunrise cukup di beranda aja.
  2. Siapkan sepatu dan sandal. Kedua alas kaki ini penting banget. Karena medan yang berbatu, licin, dan banyak akar rumput memang lebih enak pakai sepatu. Lebih aman dan nyaman. Sanda juga perlu untuk cadangan kalau sepatu basah.
  3. Selimut dari rumah. Saya kemarin membawa dua lembar selimut sebagai tambahan kalau dingin-dingin banget. Maklum bawa anak kecil, saya takut aja mereka kedinginan. Tentunya jaket juga selalu saya bawa. Tapi ternyata di siang hari mereka lepas jaket semua karena sudah menyesuaikan sama suhu disana.
  4. Ekstra baju. Tambahkan satu baju tambahan melebihi hari buat jaga-jaga aja. Karena suka ngga nahan buat nyemplung pas di sungai hehehe.

Pesan Tempat di Tanakita

Pesan tempat di Tanakita harus booking jauh-jauh hari. Karena setiap minggunya selalu penuh. Selain untuk keluarga, Tanakita juga banyak digunakan gathering oleh perusahaan. Kegiatannya tentunya menyangkut outbound dan tubing. Tapi kalau musim liburan sekolah diutamakan untuk yang keluarga. Yuk buruan booking kalau ngga mau tahun depan kesananya ^^.

Harga Rp. 550rb/orang sudah termasuk kemah, 3x makan, free flying fox, dan trekking. Untuk tubing ada biaya tambahan.

Info lengkap bisa di cek di web http://tanakitacamp.com/wp/

0 0 votes
Article Rating