Awal Bulan Desember tahun 2013 ini benar-benar bulan penuh kejutan. Buat saya sendiri, bulan ini merupakan bulan berat yang harus saya lewati. Lagi banyak agenda yang harus selesai dan ada beberapa keputusan yang harus saya ambil di akhir tahun ini. Tapi kok kayaknya ngga saya aja yang ngerasa kalau ini adalah akhir tahun yang buruk yah.

Belum selesai kehebohan para dokter yang berdemo, iyes udah kaya buruh aja yang mereka itu rela meletakkan stetoskop dan perjuangan panjang menjadi dokter hanya untuk satu kata yaitu keadilan. Saya ngga akan banyak komentar masalah dokter ini, karena memang satu hal yaitu saya tidak sepenuhnya mempercayakan diri kepada dokter tidak juga dukun. Apalagi kalau saya ketemu seorang dokter teman sekelas saya yang masuk IPA nya saja karena ada kursi kosong dan ranking di kelas jauuhh dibawah saya, sudah bisa dipastikan saya akan mencari dokter lain. Kok iya bisa-bisanya dia ambil jurusan yang seharusnya dilakukan dengan kompetensi yang tinggi dan tanggung jawab yang besar. Well lagi-lagi bicara masalah pendidikan. Agak jauh? No, menurut saya justru ini adalah akar masalahnya. Ngga mudeng maksud saya, yo wis bubu aja hahaha.

Tambah bikin heboh lagi di awal Desember ini yang orang barat (dan kita ikut-ikutan) merayakannya dengan hari Aids sedunia. Lagi-lagi saya ngga ikutan nge-judge, karena ngga semua yang kena penyakit ini adalah pelaku seks bebas. Perayaan hari Aids sedunia ini pertama kali saya peringati waktu saya kelas 1 smp tahun 1996 hohoho. Pasti pada kaget, jauh sebelum ini saya sudah mengenal tentang sosialisasi penyakit berbahaya. Ibu saya sampai bergidik ngeri mendengar celotehan saya tentang Aids. Masih ingat lagu Katon Bagaskara dan Ruth Sahanaya yang berjudul Usah Kau Lara Sendiri, yang menceritakan tentang penderita Aids. Yup di jaman itulah saya berada, di jaman yang hanya mensosialisasikan bahaya penyakit itu melalui lagu.

Terus sebetulnya apa yang saya lakukan di peringatan Aids pada tahun 1996 itu? Jadi gini, semenjak kecil saya hobi dengan membaca puisi dan tergabung dalam teater sekolah dan teater dekat rumah (waktu itu di Samarinda). Dan pada saat perayaan Aids itu, saya menjadi salah satu pengisi acara dengan pertunjukan teater. Bisa dipastikan saya adalah orang yang paling muda yang ada disitu dan tidak ada acara bagi-bagi kondom gratis. Acaranya sederhana namun mampu membawa kenangan tersendiri bagi saya. Dimana disitu diceritakan bagaimana bahayanya penyakit ini dan sebagai generasi muda kita harus mampu melawan pengaruh buruk dunia barat. Lagi-lagi ditekankan kalau ini adalah bahaya seks bebas yang TIDAK dapat kita lakukan karena tuntunan agama dan hanya melakukan kegiatan tersebut dengan pasangan yang sudah sah. Lagi-lagi ngga ada acara bagi kondom di dalam goodiebag.

Dari situ saya mulai melek dengan penyakit yang banyak di jauhi oleh masyarakat terutama para pelakunya. Memang tidak 100% peningkatan penyakit bahaya ini disebabkan seks bebas. Ada beberapa faktor yaitu seperti ibu yang memang positif dan menular ke bayi yang dilahirkan sehingga seumur hidup anak itu menanggung beban moral dan beban kesehatan yang tinggi. Faktor lain melalui jarum suntik dan beberapa hal yang kadang diluar sepengetahuan kita. Tapi penyumbang persen terbesar dari penyakit ini lagi-lagi hanya seks bebas yang katanya sudah banyak dilakukan remaja Indonesia. Naudzubillah.

jadi gini, pengaruh masyarakat itu ada banyak sekali. Salah satunya adalah serial barat yang banyak disukai oleh remaja kita. Sebut saja Glee yang saya lupa di episode berapa dan season berapa ada adegan bagi-bagi kondom di aula sekolah setelah pertemuan satu sekolah. Iya betul, disana itu wajar tapi disini??. Seks bebas kebanyakan sudah biasa mereka lakukan terutama saat acara Homecoming School. Mau saya ceritakan lagi yang lebih mengerikan, ini agak vulgar. Jadi di salah satu episode serial Parenthood, ada ayah ibu yang berusaha meyakinkan anak gadisnya untuk tidak melakukan seks setelah acara homecoming dengan pacarnya. Guess what, tiba-tiba ayahnya menerima telpon yang kebetulan di loudspeaker (karena sedang menyetir) dan ada ibunya juga. Kemudian terdengar suara-suara yang aneh dan ternyata itu karena tidak sengaja terpencet. Cerita selanjutnya, sudah bisa ketebak apa yang dilakukan oleh anak gadis tersebut dengan pacarnya. Seketika itu juga saya merinding, dan wajah saya pucat pasi persis seperti mimik wajah yang ditunjukkan oleh kedua orang tuanya.

Dari situ saya tau, ada banyak hal yang harus dihadapi oleh orang tua di jaman edan seperti sekarang. Saat negara lain yang mereka mengaku sebagai atheis atau bahkan negara barat yang tidak bertuhan, jangan sampai terjadi di negara tercinta kita yang mayoritas memiliki agama yang taat. Tapi apa mau dikata, pengaruh food, fashion, fun dan mungkin juga faith sudah sedemikian besarnya mempengaruhi segala aspek di masyarakat. Tidak terkecuali sistem pemerintahan. Kalau pada mengerti arah tulisan saya, sudah pasti tau kalau ini adalah sebuah konspirasi dari sesuatu yang disebut new world order.

Jadi sebetulnya saya ngga heran juga kalau tiba-tiba ada acara pekan kondom nasional. Cepat atau lambat ini pasti terjadi. Masih ingat dengan Julia Perez yang membagi kondom gratis di album yang dirilisnya. Seketika itu juga banyak yang menghujat dan akhirnya Jupe menarik kembali bonusnya. Tapi apa sekarang yang kita lihat?? masih mending Jupe memberikannya di kawasan protistusi atau club dugem yang jelas-jelas surganya buat orang pelaku seks bebas.

Sebagai orang yang taat beragama dan menjadikan agama sebagai pegangan hidup, saya hanya berharap keluarga saya bisa terlindungi dari hal-hal gila semacam ini. Belajar dari ibu saya yang tidak mengijinkan saya menginap dengan teman-teman bahkan tidak boleh kuliah selain di Jakarta membuat saya percaya bahwa ibu saya memberikan proteksi yang tinggi terhadap kekejaman dunia luar. Dan pastinya saya akan melakukan hal yang sama bagi anak-anak saya.

Sudah siapkah kita menghadapi hal gila lain di tahun depan? Yuk menyongsong tahun depan dengan lebih bahagia dan nantikan kejutan-kejutan lain di tahun mendatang terutama masalah Pemilu.

0 0 votes
Article Rating