Agak lucu sih pagi ini. Karena sedang libur sekolah, ibu saya punya waktu mengantar saya ke stasiun kereta. Biasanya ayah saya, hanya saja karena sabtu adalah jadwal beliau bermain tenis dan saya ngga mau ganggu. Kemudian saya iseng membahas Aliya yang tiba-tiba minta diajarin membaca. Sebetulnya sudah saya ajari membaca cuman masih belum antusias karena masih suka menulis dan mewarnai. Itu memang yang saya tekankan. Menulis dulu baru membaca.

nulisPikiran saya adalah kalau sudah menghapal semua huruf dan angka, kemudian sudah bisa menulis dengan dikte huruf. Membaca pasti bakalan gampang. Ternyata itu terbalik dengan pikiran ibu saya yang seorang guru lebih dari 20 tahun dan sekarang menjadi kepala sekolah. Menulis itu gampang yang susah itu membaca. Hohoho, jadi acuannya adalah sepupu Aliya yang seusia dan dia lebih bisa membaca tapi belum bisa menulis. Dan sebagai guru apalagi guru kelas satu yang udah berpengalaman, ibu saya keukeh kalau membaca itu harus dilakukan terlebih dahulu.

Hmm jadi memang saya ini suka punya pemikiran tersendiri. Yang kadang ngga sama dengan jalur pendidikan yang udah terkurikulum dengan baik itu (katanya). Konsep saya menulis terlebih dahulu baru membaca, karena tangan anak-anak waktu pertama kali belajar menulis akan sangat kaku. Itulah kenapa kalo di playgroup atau TK ada kegiatan melatih motorik tangan anak. Jadi buat saya akan jauh lebih susah menulis kalau tidak membiasakan sejak kecil. Bukan saya menggampangkan membaca ya, namun pada prakteknya membaca adalah suatu kebiasaan yang harus dibuat bukan dipaksakan.

Misalnya gini, saya sejak kecil sudah dibiasakan belajar membaca dengan banyaknya majalah anak-anak seperti bobo, pukulan geledek (hahaha), dan komik anak-anak seperti doraemon. Walaupun saya belum lancar membaca saat itu, dengan kebiasaan melihat-lihat majalah dan keingintahuan otomatis saya akan membacanya karena penasaran dengan isinya. Jadi saya bisa membaca karena udah biasa. Berbeda dengan menulis yang butuh banyak latihan (fisik). Dan akan repot karena jaman sekarang menulis dengan tangan sudah bukan kebiasaan lagi 🙁

Well kita juga sebagai orang dewasa yakin deh udah jarang nulis pakai tangan secara semua udah digital. Apa saya aja kali ya wekekek.  Udah ngga ada lagi acara tulis menulis surat pena atau kartu pos bahkan kartu lebaran hehehe. Kecuali mungkin suaminya yang lagi tugas di medan perang yang tidak bisa dijangkau oleh satelit. Karena budaya yang sudah sangat bergeser akibat kemajuan teknologi, saya lebih prefer mengajarkan menulis terlebih dulu daripada membaca.

Ah saya jadi kangen dengan kegiatan sahabat pena jaman dahulu yang masih menggunakan kertas surat yang apik dan menulis pelan-pelan supaya terlihat bagus 🙂

2 1 vote
Article Rating