Baru bulan Juni lalu adek saya yang nomor dua berangkat ke Adelaide Australia untuk sekolah di sana. Perjuangan dia selama dua tahun berturut-turut akhirnya membuahkan hasil dan satu hal yang selalu diingat adalah restu ibuk saya yang selalu mendoakan. Well, ngga ada yang meragukan kekuatan satu itu kan. Tapi pada akhirnya, ibuk saya yang senang juga merasakan sedih dan selalu bilang, kangen!

Punya keluarga besar menjadi cita-cita ibuk saya sejak dulu. “Ibuk mau punya anak minimal 4.” kata ibuk saya. Ngga heran, rumah ibuk saya dulu begitu rame saat semuanya tinggal menjadi satu dan belum memiliki rumah masing-masing. Teriakan dan candaan udah jadi makanan sehari-hari. Walaupun tiap hari ada saja kejadian dan selalu rame, tapi ternyata itu yang diinginkan oleh ibuk saya.

Belakangan, saya suka lihat ibuk saya termenung di ruang tamu saat saya sekedar berkunjung. “Kamu sudah di rumah sendiri, Rama di Australia, Randa sibuk kuliah masternya, dan Fia kuliah di Semarang.” ujar ibuk saya sambil menerawang. Memang sih, rumah orang tua saya yang cukup besar itu akhirnya gelap gulita dan nyaris tanpa kehidupan. Bapak saya yang pensiunan juga lebih sering main tenis dan nonton televisi saja. Padahal biasanya punya banyak kegiatan dengan anak-anak saya, yang sekedar nganter sekolah, nganter les, bahkan sampai potong rambut bersama anak saya.

Family Travel Bonding

Adek saya dikenal pribadi yang paling ngalah diantara kakak dan adek-adeknya. Suka mengayomi dan menjadi penengah bagi kakak dan adek. Ditambah lagi, rajin banget bawa oleh-oleh kalau bepergian dinas keluar negeri, padahal kami semua tahu kalau uang perjalanan dinasnya ngga seberapa. Tapi itulah yang namanya keluarga, tidak harus selalu menerima tapi sering berbagi walaupun sedikit.

Punya keluarga yang cukup besar dan tinggal serumah menjadikan saya dekat dengan adek-adek saya. Walaupun jarak satu sama lain cukup besar, kami semua rukun dan akrab satu sama lain. Jadi saat adek saya yang nomor dua harus sekolah dan lokasinya cukup jauh, kami semua merasa kehilangan.

Hal yang paling mengikatkan saya dengan adek-adek saya serta orang tua adalah liburan. Iya, ibuk dan bapak saya dari dulu dan sampai sekarang rajin sekali mengajak anak-anaknya serta cucu-cucu untuk liburan. Kami tipe yang tidak betah di rumah leha-leha dan itu kebawa sampe sekarang. Bahkan saya masih ingat, dulu ibuk saya bahkan menyuruh saya bolos kuliah hanya karena saya belum pernah ke KL dan mengajak saya liburan ke sana hahaha.

https://www.instagram.com/p/BOqQ93ZhwwS/?taken-by=shintaries

Tahun kemarin bahkan di usia orang tua saya yang sudah cukup tua, kami berangkat liburan ke Bali dengan menyetir mobil dan melintasi Pulau Jawa tiga hari dua malam. Tapi ini bukan yang pertama kali, entah kenapa orang tua saya senang sekali liburan sekeluarga. Katanya supaya saling ingat, kalau keluarga itu harus selalu rukun dan menyayangi satu sama lain. Karena ngga jarang kita lihat kasus-kasus antar saudara yang melibatkan hukum. Duh, jauh-jauh deh!

Liburan akhir tahun inipun sudah direncanakan untuk ke kembali ke Bali. Masih banyak tempat yang belum dijelajahi bersama. Tapi lagi-lagi, ibuk saya rada baper kalau mau liburan tahun ini. Karena adek saya yang nomor dua beserta istri dan kedua anaknya tidak ikut serta kali ini. Yap, mereka sekeluarga selama dua tahun tinggal di Adelaide Australia. Buat kami yang selalu kumpul bersama, kurang satu personel rasanya kok kehilangan banget.

Tombo Kangen Itu Mudah, Ya Ketemuan!

Iya, semudah itu kalo lagi kangen. Ngga pake babibu tapi langsung ketemuan. Dua tahun itu lumayan lama dan banyak perubahan yang terjadi, rasanya ibuk saya ngga sanggup ngga ketemu anak kesayangannya ini dalam jangka waktu segitu. Bisa-bisa, ibuk saya jadi sakit karena kepikiran banget pengen ketemu. Tapi khan…ke Australia itu lumayan jauh dan harganya juga lumayan mahal.

Demi ketemu anaknya, ibuk sempet bertanya, gimana sih caranya kita ke Australia? Pengen nengok dan pengen sekalian jalan-jalan. Karena ibuk saya perginya paling jauh memang KL, Singapore, dan Ibadah Haji & Umrah aja. Beda dengan bapak saya yang nyaris sepanjang pekerjaannya selalu keluar negeri sampai-sampai baru saat pensiun saja blio memiliki paspor hijau. Jadinya ngga begitu tertarik ke Australia lagi karena sudah lumayan bosan katanya.

Duh, saya sendiri saja belum pernah ke Australia, padahal jaraknya lebih dekat dari Bali. Tapi memang belum kepikiran dan semenjak itu jadi iseng cek-cek tiket pesawat di Traveloka. Ternyata kalau ke Adelaide, ada pesawat direct dari Bali dengan waktu yang ngga terlalu lama, hanya sekitar 4 jam saja. Karena sering bolak-balik lihat harga dan menimbang dana yang lumayan cukup buat liburan ke sana, akhirnya saya beranikan ajak ibuk, kedua adek saya, dan dua anak saya untuk ke sana.

Fitur Best Price Finder, Bantu Banget Cari Tiket dengan Harga Terbaik

Sebagai pelanggan setia Traveloka, nyaris setiap hari saya melihat pergerakan harga DPS-ADL melalui apps. Ditambah lagi, ngga lupa juga memasukkan data di fitur price alert biar ngga kelewat ama perubahan harganya. Berhubung memang menjadwalkan pergi di liburan panjang tahun depan di bulan Juli 2018, jadi saya harus siap siap dari sekarang. Antara menabung biayanya sampai siapin fisik supaya tiket yang udah dibeli jauh-jauh hari bisa kepake.

Setelah bolak balik cek harga dan memastikan antara harga maskapai dan Traveloka, akhirnya memutuskan juga membeli di harga yang rasanya masih reasonable dan pas kebeneran lagi punya dananya. Dengan fitur best price finder ini, ngebantu banget buat cari harga yang cocok dan ternyata malah lebih murah dari harga di maskapainya sendiri.

Dengan banyaknya maskapai dan harga yang bervariasi, Traveloka smart banget memberikan harga terbaik dengan me-listing harga yang paling murah dan juga bisa memilih mau penerbangan direct atau transit. Jadi sangat mudah mengambil keputusan berdasarkan harga dan juga kepraktisan waktu tempuh. Yang paling saya suka adalah no hidden fee yang bikin yakin, klo harga murah yang tercantum ya beneran murah. Harga itulah yang akan saya bayar sesuai dengan apa yang saya lihat.

Kalau sudah melihat hasil harga maskapai yang ditawarkan, biasanya saya malah ngga lihat lagi harga-harga yang dibawahnya. Praktis saya akan fokus pada penawaran harga teratas yang paling murah dan tentu saja memilih yang direct. Tingkat kepercayaan saya akan hasil pencarian harga ini tinggi banget loh, karena memang sudah berkali-kali memakai Traveloka dan selalu puas dengan hasil algoritmanya. Jadinya, ngga perlu lagi cek dan membandingkan harga antar maskapai.

Kenapa bisa murah sih? karena Traveloka bekerja sama dengan maskapai penerbangan dan bernegosiasi dalam masalah harga, sehingga kita bisa dapet harga terbaik. Terlebih lagi, semua transaksi pembayaran aman walaupun memakai kartu kredit, karena prosesnya yang mengacak data supaya tidak terlacak secara digital. Ngga heran kan, saya kalo cari tiket apapun pasti larinya ke Traveloka. Fitur best price finder-nya benar-benar menemukan harga terbaik dan yang pasti ngga ada biaya tambahan kecuali memang mau menambah bagasi atau makanan ekstra.

Dengan begini kan, saya dan keluarga #JadiBisa rame-rame berkumpul dan liburan bersama di Adelaide Australia. Dapet harga yang murah, waktu yang tepat saat liburan panjang, dan bisa ngobatin kangennya ibuk untuk rame-rame kumpul keluarga. Eh btw saya belum beli tiket pulangnya loh, karena beberapa maskapai memiliki aturan kalau booking pulang pergi bisa lebih mahal daripada booking terpisah. Tapi di Traveloka ternyata bisa menentukan harga yang paling murah loh. Jadi, saya mau hunting lagi ah tiket pulangnya ^^.

0 0 votes
Article Rating