Baca bagian satu di sini. Setelah sukses berlama-lama di rimbunnya bunga sakura, saya dan dua adek saya mulai lagi mengelilingi wilayah Odaiba yang memang kawasan turis banget. Tadinya mengambil brosur tentang Odaiba dan apa saja yang bisa dilakukan di sana. Trus akhirnya ribut, pada mau ke onsen dan juga Madame Tussaud. Yang akhirnya kita putusin buat ke Mal Diver City aja buat ketemu Gundam Statue yang kesohor itu.

Dari Liberty Statue itu lumayan jauh jalannya. Untungnya musim dingin jadi ngga kerasa dan ngga berkeringat. Dan jalan trotoarnya juga cantik karena sakura sudah mulai bermekaran di situ. Nah yang bingung ini adalah letak Gundam Statuenya ada di manakah? Karena malnya gede banget dan ngga menjelaskan ada Gundam. Malahan saya sempat ke lantai 7 yang ternyata adalah semacam kawasan permainan Gundam. Trus setelah mencari-cari, justru taman yang ada Gundamnya ada di lantai 2 hahaha.

Karena sempat berkeliling, jadinya ngga melewatkan singgah di beberapa toko yang kawaii banget dan manggil buat sekedar dikunjungi. Mal Diver City sendiri ini mal yang lumayan lengkap, apalagi mau cari oleh-oleh. Kalau taunya Banana Tokyo aja buat oleh-oleh, ternyata ada buanyak jenis makanan yang kawai banget dan minta dibawa pulang huhuhu. Sayangnya waktu itu baru nyampe ke Tokyo dan belum berencana bawa oleh-oleh yang banyak. Jadinya photo-photo aja karena takut ribet dan takut habis uangnya hahaha.

Setelah puas melihat yang lucu-lucu, akhirnya nyampe juga di lantai 2 tempat Gundam Raksasa berada. Untungnya pas lagi cerah-cerahnya. Langit biru bersih, bagus banget buat photo. Kebetulan taman-taman juga belum berbunga, jadinya betah banget berlama-lama menikmati udara yang segar sambil duduk dan photo lagi. Gundam sendiri itu adalah serial animasi Jepang yang udah lama banget. Angkatan saya pasti tau Gundam hahaha. Dan populer banget di seluruh dunia. Makanya ngga heran, kalau setiap hari itu rame banget dari berbagai negara menyempatkan ketemu Gundam di sini.

Setelah seharian penuh berkutat di Odaiba, sore menjelang malam saya kembali ke hostel. Maklum, belum mandi dari tiba di Jepang malam sebelumnya hahaha. Jadi menikmati istirahat yang lebih panjang dan siap jalan lagi keesokan harinya. Sebetulnya banyak sekali yang sudah disusun di itinerary, tapi ternyata beberapa melenceng. Karena kelamaan berada di suatu tempat sampai lupa waktu. Selain itu juga, memang jalan-jalannya ngga yang rush banget sih. Lebih ke arah santai di pantai *halagh.

Akuratnya Prediksi Cuaca di Jepang

Saya masih ingat tahun lalu saat ke Tokyo. Waktu itu, menginap melalui AirBNB dan Miki Suzuki hostnya mengingatkan saya akan datangnya hujan di hari itu. Saya dengan pede bilang, ah masa hujan rasanya engga hahaha. Dia menatap saya dengan hampa dan bilang “If they said it will rain, so it will!”. Duh, emang dasar ya, kalo prakiraan cuaca di Indonesia itu ngga pernah tepat jadi hampir aja saya ngga percaya. Padahal di Jepang, semua ramalan cuacanya itu tepat hahaha. Dan Miki keukeuh meminta saya membawa payungnya karena memang akan hujan. Setelah itu baru saya percaya karena semua orang ternyata membawa payung dan benar hujan -.-!

Dari pengalaman tahun lalu, saya sudah mewanti-wanti adek saya untuk membawa payung. Karena sudah bisa dipastikan hujan dan semenjak seminggu sebelumnya, saya memasang default kota Tokyo di smartphone untuk memastikan cuaca dan melihat derajat suhunya. Tapi sayangnya, mereka lupa bawa di tas *hadeuh. Ujung-ujungnya beli payung transparan yang ngehits banget. Iya, yang digunakan di Tokyo Love Story. Dan itu harganya juga bervariasi. Antara 400yen-600yen, tergantung ukuran panjangnya payung. Jadi deh kemana-mana pakai payung transparan itu dan berasa keren banget hahaha padahal ya semua orang juga pake.

Hari kedua, sudah niat banget mau ke Tokyo Tower yang lagi-lagi ngga sempat saya kunjungi tahun lalu. Duh Tokyo itu gede banget, sehari dua hari pasti ngga cukup untuk keliling ke semua sudut kotanya. Dan ternyata hujan. Agak sedikit kurang nyaman kalau hujan, walaupun jalanan ngga ada becek-beceknya tapi pengennya (lagi-lagi) dapet photo yang bagus. Terus, karena pengen melihat Tokyo dari ketinggian, kalau hujan jadinya kurang jelas dan berkabut.

Untuk mencapai ke sana, saya memutuskan melalui dari Hamamatsucho Station JR Line. Jalannya memang lumayan jauh tapi ngga capek karena dingin. Walaupun ditemani hujan rintik-rintik, kok malah jadinya melihat Tokyo yang romantis ya *eaaa. Sayangnya sepanjang jalan, pohon sakura belum tumbuh dan yang terlihat hanya batangnya saja. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, karena melewati Zojoji Temple akhirnya sekalian mampir. Dan lagi-lagi ada sakura putih yang sedang mekar di sana. Suasana hujan rasanya tambah syahdu karena banyak sekali yang berdoa dan melakukan ritual. Saya sendiri suka bingung kalo ke temple, karena semuanya berhuruf kanji hahaha. Jadi biasanya cuma melihat-lihat dan photo aja.

Setelah puas berkeliling dan untungnya hujan sudah mulai reda, saya dan adek saya langsung berjalan sedikit lagi ke arah Tokyo Tower berwarna merah yang sudah terlihat dari kejauhan. Lagi-lagi suasana yang sejuk dan keindahan trotoar yang cantik menghambat langkah untuk terus mengambil photo lagi, lagi, dan lagi hahaha. Saking kelamaan mencari angle yang pas untuk photo, ngga kerasa udah mulai kesiangan lagi dan buru-buru menuju Tokyo Tower yang ternyata udah ramai dengan anak TK. Hahaha. Iya, ternyata yang main ke sini itu anak TK yang lagi belajar. Lucu-lucu banget dan gemes lihat pipi-pipinya yang merah.

Harga masuk ke Tokyo Tower ini adalah 1600 yen untuk 150m dan 250m. Berhubung rasanya kok tanggung banget ya cuma 150m, jadinya saya ambil yang 250m. Enaknya kalau punya kartu dengan logo JCB, ternyata free di 150m. Dan hanya membayar tambahan 700 yen untuk 250m. Nah kalau yang belum tau, JCB ini memang dari Jepang asalnya. Jadi kalau biasa ada Mastercard dan Visa, JCB ini memang masih jarang dan suka ngga laku hahaha. Waktu itu di SG menolak karena hanya nerima dua logo populer itu. Tapi ternyata kalau di Jepang, duh jadi idola dan banyak diskonnya. Oia, gambarnya kartu JCB ini lagi-lagi sakura loh ^^. *jodoh amat ama sakura *eaaa.

Salah satu hal yang menarik dari Tokyo Tower ini, ngga hanya melihat dari ketinggian secara horizontal, tapi bisa juga vertikal dengan jendela kaca yang bisa melihat ke bawah. Duh serem aja tadinya takut jendelanya pecah wkwkwk. Tapi ternyata jernih dan pastinya aman banget. Posisinya tepat di 150m dan di kaki menaranya. Jadi yang terlihat adalah kaki tower dan jalanan langsung. Dan 150m itu ternyata kurang puas banget loh. Memang sih lebih luas areanya dan bisa makan di cafe. Tapi kalau sudah sampai sini, tanggung banget kalau ngga mencoba sampai 250m.

Di ketinggian 250m, sebetulnya sudah bisa melihat kota Tokyo beserta landmarknya. Setiap arah mata angin diberi petunjuk bagian mana dan yang terlihat apa saja. Sayangnya hari itu hujan dan berkabut, jadi Gunung Fuji yang biasanya bisa terlihat pun ngga kelihatan karena awan putih yang menutupinya. Area di 250m itu kecil banget dan keliling selama 5 menit saja sudah selesai. Tapi yang istimewanya adalah, itu tinggi banget hahaha. Semua kelihatan miniatur dan seperti mainan. Apalagi tata kota yang rapi dan semuanya bahkan terlihat sangat bersih dari atas. Serasa ngga perlu ke mana-mana, cukup melihat dari observatory towernya aja.

Kalau di Namsan Tower Seoul ada gembok cinta, sama juga di Tokyo Tower di ketinggian 150m ini ada semacam tempat kecil yang digunakan untuk menulis (mungkin cinta dan jodoh) dan ditempel di salah satu sudut. Saya sendiri ngga ikut-ikutan hahaha. Selain karena ngga percaya juga ngga bisa nulis kanji *loh. Btw, semenjak dibangunnya Tokyo Sky Tree, Tokyo Tower menjadi tidak tertinggi lagi. Tapi saya juga belum berminat mengunjungi Tokyo Sky Tree. Mungkin nanti kalau kembali lagi ke Tokyo ^^.

Bonus Photo dengan Kimono

Puas berkeliling observatory tower, sebetulnya ada satu paket lagi yaitu dengan mengunjungi Tokyo One Piece Tower. Tapi karena ngga ada yang ngefans jadinya kita skip aja hahaha. Karena jam di perut sudah berbunyi, akhirnya kita memutuskan untuk keluar dan mencari makan. Tapi ternyata di bagian lantai dasar Tokyo Tower tersedia food court. Banyak makanan di sana dan tentu saja kudu pinter-pinter pilih makanan yang tidak mengandung babi. Karena pilihannya tidak terlalu banyak, lagi-lagi milih onigiri aja *ngunyah garem. Selain itu, juga ada toko khusus yang menjual suvenir one piece. Mulai dari kaos, pin, tas, sampai topi yang dipakai Ruffie CS itu ada semua di sini. Suvenir lainnya juga banyak dan mereka memajang harga, jadi ngga repot lagi mau beli dan nawar.

Pas lagi berjalan-jalan, adek saya kebetulan nanya, dulu waktu di Seoul kok bisa photo pakai hanbook. Dan saya bilang dong, kalau itu gratis dan tersedia di turis centernya. Dan kurang tau juga kalau di Tokyo bisa photo di mana. Karena waktu tahun lalu saya sempat googling pengen pakai kimono yang asli banget, harganya mihil dan kudu booking sebulan sebelumnya. Dan eh, dasar jodoh, pas abis ngomong gitu ternyata ada layanan photo dengan kimono gratis hahaha. Rejeki ngga kemana.

Jadi itu sepertinya pariwisata Jepang yang sedang melakukan survei terhadap turis. Ibu-ibu Jepang sekitar 3-4 orang berjaga di stand dan mereka fasih banget berbahasa Inggris. You know lah, orang Jepang itu jarang banget yang bisa bahasa Inggris. Nah sebagai imbalan memberikan photo gratis dengan kimono, kita harus menjawab kuisioner mereka. Seperti, berapa lama ke Jepang, ke mana aja sebelum ke Tokyo Tower, tempat favorit di Jepang, kesulitan bahasa atau tidak di hostel, kesulitan makanan halal, sampai oleh-oleh apa yang mau dibawa pulang. Mereka pun cukup kaget kalau saya pasti membawa pulang Banana Tokyo dan tidak menyangka bahwa Banana Tokyo sangat populer di Indonesia. Lebih kaget lagi waktu saya bilang hanya makan onigiri ikan (sampai-sampai kolesterol naik) karena ngga bisa makan beef bowlnya yang terkenal seantero jagat huhuhu.

Jepang memang sedang menggalakkan pariwisata terutama untuk Asia Tenggara, sayangnya memang belum semua fasilitas terutama label halal tercantum di mana-mana. Masih kalah jauh dengan Korea yang bahkan di Pulau Nami saja restonya sudah berlabel halal dan mudah menemukan musholla. Tapi, cukup diakui jempol banget lah usahanya untuk terus mempromosikan dan memfasilitasi untuk kalangan muslim. Saya pun ngga bakal kapok bolak balik Jepang hahaha.

Bersambung…

0 0 votes
Article Rating