Memasuki bulan April, Indonesia selalu merayakan momen penting terkait dengan perempuan. Kelahiran Raden Ajeng Kartini, sosok pembebasan kesetaraan perempuan dalam pendidikan menjadi seremonial tersendiri yang selalu diperingati. Maret pun menjadi bulan istimewa bagi perempuan karena di bulan ini diperingati sebagai International Women Day. Patut berbangga hati, bahwa perempuan diperlakukan istimewa dimanapun dia berada.

Dalam rangka merayakan International Women’s Day yang diadakan di Assembly Hall Lantai 9 Plaza Bapindo pada tanggal 29 Maret yang lalu, Citi Indonesia yang merupakan perusahaan global, melalui Citi Indonesia Women’s Council (IWC) berpartisipasi dalam merayakan peran, kontribusi serta inspirasi yang telah diberikan perempuan Indonesia bagi bangsa dan negara. Pada tahun ini tema yang diangkat adalah ‘It Takes All of Us’, yang berfokus pada pentingnya keterlibatan dari seluruh pihak dalam mendukung perkembangan karir dan potensi seorang perempuan.

citi

Seperti yang kita tahu, masih jarang sekali perempuan yang menduduki peran dan jabatan di middle bahkan top level. Bahkan berdasarkan statistik yang ada, bahwa komposisi wanita dan pria masih berada pada posisi yang seimbang, namun angka ini cenderung mengecil seiring dengan meningkatnya posisi dan jabatan. Dan pada acara kali ini tidak tanggung-tanggung, sosok perempuan yang menduduki jabatan yang sebelumnya hanya diduduki oleh pria dihadirkan. Beliau adalah Ibu Menteri Retno Marsudi selaku Kementrian Luar Negeri Indonesia.

Dukungan Keluarga untuk Wanita Berkarir

Seperti yang kita ketahui, seorang perempuan dalam berkarya terutama memiliki karir akan mengalami banyak sekali hambatan. Mulai dari menikah, berkeluarga, memiliki anak, dan mengembangkan karir. Ibu Retno sendiri sangat terinsipirasi dengan ibu beliau, yang sudah sepuh namun selalu memiliki kegiatan yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Diakui Ibu Retno, beliau bukan anak siapa-siapa namun dengan kegigihan dan rasa belajar yang kuat, beliau mampu menduduki posisi puncak dari Kementrian. Diakui pula oleh beliau, bahwa berkarir di Kementrian Luar Negeri tidak mudah, terlebih karena beliau adalah seorang perempuan. Komposisi pria dan wanita masih sangat jauh pada saat beliau masuk dalam Kementrian Luar Negeri. Lokasi penempatan di seluruh dunia dan ritme kerja yang cukup padat, terkadang memberikan tekanan tersendiri. Walaupun begitu, kegiatan beliau selalu didukung oleh suami dan kedua anaknya.

Sampai saat ini, kegiatan Ibu Retno tentunya sangat padat dan menyita waktu. Hampir setiap hari tidak lepas dari smartphone untuk berkomunikasi dengan para duta besar Indonesia di seluruh dunia. Dan beliau sangat bangga bahwa saat ini, suara wanita sangat didengar di setiap konferensi dunia. Berbagai macam tantangan, telah dibuktikan oleh beliau bahwa semua dapat diatasi walaupun persoalan yang dihadapi sangat berat dan melibatkan Indonesia sebagai negara.

Menurut catatan Ibu Retno, komposisi wanita dan pria di Kementrian Luar Negeri sudah cukup meningkat dari awal beliau masuk. Walaupun komposisinya masih dibawah 50%, namun Kementrian Luar Negeri banyak melakukan kebijakan untuk mendukung para wanita bekerja. Seperti dengan membuka penitipan anak dan adanya ruang laktasi di kantor. Sehingga para wanita dan juga ibu dapat tetap bekerja dan bisa melakukan kewajiban untuk anaknya.

Tantangan Wanita dengan Karir Cemerlang

Pada saat seorang wanita berada di pucuk pimpinan sebuah organisasi atau perusahaan, maka ada berbagai tantangan dan cerita bagaimana up and down proses yang dilalui. Tiga wanita hebat antara lain Ibu Neneng Goenadi, Managing Country Director Accenture Indonesia, Ibu Prianti Gagarin Djatmiko Singgih, Mantan Duta Besar Indonesia untuk Venezuela dan lima negara Amerika Latin, dan Ibu Yessika Effendi, Director of Compliance Citi Indonesia berbagi kisahnya hari itu.

Siapa sangka, untuk mendapatkan posisi saat ini, mereka bekerja dengan keras dan juga melewati berbagai tantangan. Mulai dari Ibu Neneng yang mendapatkan tekanan dari keluarga sekitar untuk berhenti bekerja, yang sebetulnya suami dan anak tidak terlalu bermasalah, namun terkadang pendapat orang lain suka kita dengarkan. Kemudian beliau ingin resign dan karena atasan tahu persis bahwa Ibu Neneng tipe yang bekerja, maka dipindahkan ke bagian yang lebih santai kerjanya. Baru kemudian, setelah anak sudah besar beliau kembali bekerja di garda depan perusahaan sampai dengan posisi saat ini.

Beda lagi cerita Ibu Prianti yang juga sempat memutuskan berhenti bekerja karena tidak berkumpul dengan suami yang juga duta besar. Namun kebijakan dari Kementrian Luar Negeri, yang memudahkan pasangan kementrian ternyata mampu memudahkan berkumpul. Kebijakan tersebut adalah mendekatkan wilayah kerja suami istri walaupun tidak dapat bekerja dalam satu kantor. Suami Ibu Yessika bahkan rela mengikuti perjalanan karir beliau yang berpindah-pindah dan selalu mendukung pekerjaan. Jadi sebetulnya tidak hanya keluarga terdekat saja yang harus mendukung kesuksesan seorang wanita, namun It Takes All of Us untuk saling mendukung dan membantu.

Seringkali ada anekdot ringan bahwa dibalik wanita yang sukses maka ada pria yang stress. Namun apabila semua dimatangkan dan saling menghormati keputusan satu sama lain, maka sejatinya wanita atau pria yang sukses nampaknya sama aja. Toh semua demi keluarga bukan 🙂

0 0 votes
Article Rating