Anakku Pahlawanku
Perayaan 17 Agustusan tahun lalu menjadi kejadian yang cukup menyenangkan bagi anak saya Rafi. Tahun kemarin, dia antusias sekali mengikuti berbagai macam kegiatan perlombaan. Saat menyenangkan itu dikarenakan, ramai sekali kegiatannya dan juga banyak teman yang bergabung untuk mengikuti berbagai macam perlombaan.
Momen 17an ini paling tepat untuk mengenalkan sifat kepahlawanan kepada anak-anak. Biasanya saya akan bercerita, kenapa ada perayaan tujuh belasan yang identik dengan Hari Kemerdekaan. Para pahlawan yang berjuang sampai mengorbankan nyawanya, memberikan kebebasan untuk kita hari ini. Itulah kenapa, harus bersyukur kalau hari ini kita bisa sekolah, belajar, bermain, tanpa dibayang-bayangi rasa takut.
Tapi kemudian suka muncul pertanyaan, kalau sudah merdeka berarti kita sudah tidak bisa menjadi pahlawan lagi dong mah? Karena tidak ada yang dilawan. Qiqiqi lucu yah anak-anak. Baru kemudian saya jelaskan lagi, kalau pahlawan itu tidak hanya orang yang berjuang melawan penjajah, tapi siapa saja bisa jadi pahlawan. Trus mereka bingung dengan penjelasan saya 😀
Kemudian, saya menceritakan bahwa Rafi saja sudah menjadi pahlawan di hari 17an ini. Dan memang hari itu Rafi menjadi seorang pahlawan bagi teman-temannya. Kenapa? Jadi ceritanya, lomba yang diikuti oleh Rafi ada banyak sekali. Mulai dari makan kerupuk, masukkan pensil dalam botol, sampai lomba lari kelompok. Nah saat dibagian kelompok inilah peran Rafi ternyata cukup besar.
Dalam sebuah perlombaan apalagi kelompok, tentunya kekuatan tidak dihitung satu orang saja. Walaupun ada yang lemah dan ada yang kuat, diperlukan kerja sama team yang baik. Begitu juga dengan lomba lari kelompok ini, karena Rafi kebagian akhir mau tidak mau akan lebih berat baginya untuk bisa memenangkan lomba. Dan agak berat di mental juga karena dia tentunya ingin menang.
Dan kejadian yang tidak disangka terjadi, dengan semangat 45, saat itu sebagai orang terakhir yang berlari di kelompoknya, Rafi mampu menjadi yang tercepat. Walaupun ternyata hasil akhirnya menduduki juara 2. Tapi tetap saja, bagi teman-temannya, usaha ini sangat berarti dan tanpa disadari, Rafi telah menjadi pahlawan bagi kelompok kecilnya.
Dari hasil perlombaan dan bagaimana Rafi mendapatkan juara walaupun tidak menjadi yang pertama, saya jelaskan kepadanya bahwa itu adalah suatu bentuk perjuangan. Hasilnya adalah, Rafi menjadi pahlawan bagi teman-temannya. Tidak mengangkat senjata tapi tetap berjuang untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dari situ, dia menjadi paham bahwa pahlawan adalah seseorang yang berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Tapi tidak hanya itu saja bentuk kepahlawanan yang dia lakukan. Ada saat dia mencarikan kucing nenek depan rumah yang hilang, atau mengantarkan teman yang rumahnya jauh dan tidak dijemput, sampai membantu menyiapkan tikar saat sekolah mengaji. Hal kecil tersebut telah menjadikan Rafi seorang pahlawan yang siap membantu siapa saja.
Karena sudah paham bagaimana pahlawan itu disebut, dia semakin bersemangat untuk selalu melakukan apa saja yang berguna bagi orang lain. Duh yang namanya anak ya, memang banyak sekali kisahnya. Saya terkadang sampai lupa, apa saja yang sudah dilakukan oleh anak-anak saya yang menjadikan mereka seorang pahlawan kecil.
Punya Cerita Kepahlawanan Buah Hati Kita Moms?
Kisah inspiratif dan menarik pasti punya dan dimiliki oleh setiap anak. Akan selalu ada momen berharga tentang mereka, apalagi tentang kepahlawanan yang terkadang tidak disadari oleh anak kita sendiri. Sayang banget apabila kisah berharga mereka saat menjadi pahlawan tidak terekam dengan baik. Dunia kecilnya yang berinteraksi dengan teman, ayah, ibu, kakek, nenek, tetangga, dan orang lain tentunya punya kisah yang layak untuk diceritakan.
Pastinya setiap ibu memiliki cerita yang disimpan di memori, tentang bagaimana anak kita menjadi pahlawan. Kadang kisahnya menjadi sangat bermakna karena itu dialami oleh anak kita sendiri. Nah, supaya tidak terlupakan, gimana kalau menceritakannya di kontes “My Kid, My Hero”. Siapa tau dengan menceritakannya di fanpage Susu HiLo School bisa memboyong hadiah keren.
Caranya gimana? Gampang banget. Siapkan cerita minimal 100 kata tentang bagaimana anak kita menjadi seorang pahlawan. Ceritanya tentu harus orisinil dan belum pernah diikutsertakan di kontes lain ya. Siapkan juga foto si kecil bersama susu HiLo School varian apa saja. Oia untuk usia, maksimalnya 13 tahun ya. Setelah semuanya siap, kunjungi laman ini untuk submit cerita yang sudah disiapkan tadi.
Paling lambat untuk submit ceritanya itu tanggal 15 Maret 2016, jadi masih ada waktu banget ya. Pemilihan pemenang akan dipilih berdasarkan cerita yang paling inspiratif dan menarik. Nah tunggu aja pengumumannya tanggal 23 Maret 2016 di fanpage HiLo School. Hadiahnya? Ada Notebook Lenovo dan paket HiLo School untuk pemenang utama serta voucher belanja Sodexo @500.000 dan paket HiLo School untuk 3 orang pemenang. Cihuy, tunggu apalagi ^^.
Anak laki-laki Mbak Shinta mirip sekali dengan Ibunya 😀
Oh iya, suka sama jalan cerita tulisannya.
hahaha iyaa mirip banget Lia 😀
Lucu banget liat anak2 lagi briefing dlm tim :).
Wah,. kesempatan nih kontesnya buat emak2 yg udh punya buah hati…
hahahaha iya, entah apa juga yang mereka pikirkan mba 😀
Permainannya penuh makna ya mbak sin 😀
Btw, aku suka sekali kalau liat foto anak-anak sedang ketawa, puas dan bahagia sekali keliatannya ya.
aku jugaa sukaaa :*
Kirain mbak Sinta belum nikah 😀 #baru kenalan :D, dan baru juga blogwalking
hahaha seneng bangett dikira belum nikahh *kenalaann
Yg namanya anak emang bnyk kisahnya, terutama yg bikin kita ortunya jd belajar ya mbak.
Btw tema lombanya bagus mbak, moga bisa ikutan. 😀
Buangett mbaa ^^
yuk yukk ikutann yaa, sampai tanggal 15 mbaa. Jangan sampai ketinggalan ya 😀
Pingin ikutan tapi belum punya anak… #brb bikin anak dulu ya 🙂
cemunguutthh yaa kakaaa ^^
btw bisaa kok mez cerita ponakan atau anak sodara 😀
suka banget ngeliat fotonya Rafi dan teman2nya, bercerita banget..
Hmm, langsung cari ide nih buat ikutan…
pastii banyak mbaa ceritanyaa 😀
agustusan kemaren anakku juga ikutan banyak lomba tapi tidak ada yang menang …
qiqiqi tetep semangat yaa mbaa anaknyaa
wah… saya dahulu kalau 17an, ikut makan krupuk, tinju air, sama bengkiak hehe. ikut banyak lomba waktu itu malu 😀 sekarang kayaknya kalau 17an juga masih seru..
wekekek cocoknya memang buat anak anakk 😀