Menjadi Orang Tua Era Digital? Ini Tantangannya
Sabtu lalu tanggal 30 April 2016, saya hadir di acara yang paling deg-degan buat orang tua. Acara yang sebenarnya memang ditunggu dan penting buat saya, juga buat orang tua muda lainnya. Era digital yang makin menjadi bagian hidup segala usia, ditambah dengan adanya Indonesia Darurat Kejahatan Seksual. Semakin takut, was-was, dan bingung bagaimana menghadapi segala macam tantangannya. Tanpa disadari, tulisan saya tentang HIV/Aids yang meningkat jumlahnya di Batam itu ternyata berkaitan erat dengan apa yang saya hadiri di Seminar Ibu Elly Risman.
Seminar ini diadakan oleh Supermoms Indonesia, yang merupakan komunitas para orang tua muda yang ingin belajar mengenai parenting langsung dari nara sumber kompetennya. Berkali-kali mereka mengadakan seminar yang tadinya diikuti oleh komunitas ini saja. Namun akhirnya, karena ilmu ini sangat penting bagi para orang tua, kemudian mereka rutin mengadakan untuk bisa diikuti oleh siapa saja. Sebelumnya, kalau punya keinginan untuk menjadi orang tua lebih baik, pantengin jadwal seminarnya melalui Facebook Page dan Twitter. Karena anak-anak butuh kita, orang tua muda yang cerdas yang mampu menjaga mereka. Bukan orang lain.
Apa yang Ada di Era Digital Saat Ini?
Bahaya terbesar yang mengancam anak-anak di era digital saat ini adalah pornografi. Fakta ini sudah sejak lama ditemukan oleh Ibu Elly Risman yang banyak menangani konseling anak-anak yang kecanduan pornografi. Sebuah lingkaran bisnis yang menargetkan anak laki-laki untuk menjadi pelanggan mereka sedari kecil. Jadilah semua hal yang mengelilingi mereka akan berhubungan dengan itu. Mulai dari games, tayangan video musik, mainan, televisi, majalah, komik dewasa yang dibaca oleh anak-anak, internet, sampai media sosial.
Secara tidak langsung, orang tualah yang berperan memberikan itu semua. Mulai dari berlangganan televisi berbayar, internet unlimited, sampai pemberian gadget di usia dini. Duh miris deh dengernya. Parahnya, kita tidak bisa menutup mata saat pelecehan seksual seringkali terjadi. Saat berita memunculkan Yuyun dan yuyun lainnya. Itu yang kita tahu dari pemberitaan, tapi sesungguhnya yang terjadi di masyarakat sudah melebihi itu. Duh saya sampai tidak sanggup menceritakan beberapa kisah yang terjadi, baik di sekolah maupun lingkungan keluarga terdekat kita. Tapi taulah ya maksudnya seperti apa.
Bahaya terbesar dari kecanduan pornografi adalah kerusakan otak permanen, yang kerusakannya akan sama dengan supir yang tertabrak truk dan masih hidup. Sasarannya adalah anak laki-laki yang baligh dan memiliki perpustakaan porno berupa mental model porno yang dapat diakses setiap waktu, setiap saat. Duh, sampe sini saya istighfar berkali-kali. Punya anak lelaki berat euy tantangan era digitalnya.
Menurut Ibu Elly, kita harus mengenali anak-anak yang kecanduan pornografi. Perhatikan setiap hal yang dilakukan oleh anak-anak, luangkan lebih banyak waktu. Karena kalau sudah ada ciri-ciri seperti mengurung diri di kamar, dibatasi bermain gadget melawan, impulsif, berbohong, berkata jorok, sulit berkonsentrasi, prestasi akademik menurun, jika bicara menghindari kontak mata, menyalahkan orang, malu tidak pada tempatnya, main dengan kelompok tertentu saja, dan juga hilang empati, itu patut diwaspadai.
Inner Child pada Orang Tua
Satu hal yang penting pada saat sudah memiliki anak, apalagi mendidiknya adalah dengan terlebih dahulu mengatasi inner child pada diri kita sendiri dan pasangan. Inner child adalah jiwa anak-anak yang terperangkap pada orang dewasa. Artinya, dalam konsep mendidik anak, terkadang kita masih berpatokan pada pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua kita. Namun biasanya, patokan itu kita lakukan karena traumatik atau kejadian yang ditakuti dan belum selesai.
Misalnya seperti, kita sering mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman dari orang tua karena kesalahan itu. Kemudian menjadi trauma kalau melakukan sebuah kesalahan. Akibatnya, dalam mendidik anak kita akan melakukan hal yang sama. Padahal pola tersebut itu salah. Maka dari itu, harus diselesaikan terlebih dahulu masalahnya apa dan bagaimana menyikapinya. Caranya adalah dengan menerima takdir dan memaafkan apa yang telah terjadi. Baru kita bisa memulai mendidik anak dengan cara baru dan dewasa.
Kenali Dunia Digital
Kelihatannya dunia digital ini sebegitu mudahnya diakses. Apalagi blogger kaya saya gini. Harusnya memang sudah akrab dan tahu terang gelapnya dunia digital. Tapi tetap saja missed. Seperti misalnya, saya baru tahu kalau Snapchat populer di kalangan anak muda tanggung yang mengunggah gambar mereka, entah sedang apa, dan hilang dalam hitungan detik. Well, saya ngga bisa pake dan ngga betah. Ini yang bikin saya lengah.
Padahal, hampir semua aplikasi mengandung pornografi. Seperti contohnya aplikasi chat Line yang stikernya menyerempet ke hal-hal mesum dan berbagai macam aplikasi chat lain yang tujuannya adalah untuk membahas masalah seks. Dan itu terbukti, Indonesia menjadi user terbanyak di antara negara lainnya. *Data NCA
Untuk para orang tua, karena tantangannya adalah dunia digital, maka tentunya harus menguasai cara berinternet, kemudian rajin-rajinlah untuk cek riwayat koneksi, “berteman” dengan anak, ikuti perkembangan anak dengan baik, ajak anak bijak berinternet, berdiskusi dengan anak, mengarahkan, dan mengontrol setiap perilakunya. Kenali games abad 21 yang memiliki daya candu lebih besar dari games jaman kita dulu. Seperti CoC dan CoK yang memiliki adegan yang tidak pantas dilihat anak-anak. Dan kedua game ini sangat populer di kalangan anak-anak.
Hal yang mendekatkan kita pada anak adalah memiliki pola pengasuhan yang baik. Sudah seharusnya kita meninggalkan pola lama seperti menghukum, memarahi, merendahkan, memberi julukan, dan lain sebagainya. Cara paling baik untuk dapat berteman dengan anak adalah dengan cara berkomunikasi yang baik. Yaitu dengan menurunkan frekuensi dan membaca bahasa tubuh anak dengan perasaan. Dengarkan perasaan bicara sehingga yang keluar ke anak adalah baik, benar, dan menyenangkan. Bicaralah dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Tidak mudah, karena ini butuh kesabaran dan latihan yang luar biasa.
Jadi, tantangan orang tua itu berat banget di era digital. Kita berhadapan dengan keadaan darurat seperti ini. Kalau bukan kita yang menjaga dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar, siapa lagi yang mau peduli. Satu-satunya jalan adalah mendekatkan diri kepada anak sehingga anak tidak mengalami BLAST (Boring, Lonely, Angry, Stress, Tired). Karena anak yang BLAST akan mengakibatkan pornografi, masturbasi, narkoba, miras, merokok, seks suka sama suka, oral seks, pacaran, dan seks sesama jenis. Astagfirullah. Moga-moga anak kita dijauhkan ya bunda *hikss T.T.
Duh, anakku juga cowok
Harus ekstra hati hati nih, anakku besar nanti teknologi pasti bakalan lebih canggih lagi
Hooh peer deh bun
hadeuh, kasian ank kecil jaman sekarang mainnya udah gadget2an -__-)
Peran orang tua sih yaudah siap2 buat ngepoin anaknya buka apa aja di gadget
Bukan hanya kepoin, tapi juga ngatur dan kudu lebih pinter. Kaliii dia pakai apps yang bisa ngefreeze apps yang kita harusnya ngga tau wekekek
Amin, sedih bacanya mba. Tapi harus semangat mnghadapi tantangan ikii…
Makasih sharingnya mba..
Aku malah jadi parno T.T
makasih sharenya mak, terutama nama 2 game di atas. anak saya penyuka game soalnya
Iya yang kudu waspada sekarang CoC dan CoK yang dimainkan anak dibawah usia 18 tahun
NGERI! itu susahnya jadi orang tua jaman sekarang ya mba… berita2 pemerkosaan juga marak. makanya ngeri juga kalo liat berita sama anak di samping.
PRku: brenti langganan TV kabel.. tapi kok susyaah yaaa.. :((
Internet dan TV kabel ngga bisa kita pisahkan sekarang sih, mau ngga mau kudu siap menghadapi tantangannya. Beritanya udah menggila dan darurat kejahatan seksual anak 🙁
mendengar penjelasan bu elly ttg pornografi pada anak, membuat saya merinding. Penjelasannya begitu gamblang. Kita sebagai ortu harus eksta keras menjaga anak2 supaya tdk terpapar pornografi.
Ini masih halus mba saya nulisnya, kalo denger langsung udah pengen tutup kuping aja wekekek
sebagai orang tua juga harus mencoba utk mengimbangi teknologi, biar gak dikibulin ama anak masalah teknologi..
Pinter ^^b
Pengalaman yak kamu :p
Amin Allahumma Amin..
bener2 takut gitu jika hal tersebut menimpa anggota keluarga sndiri
orangtua pun kudu pintar2 buat melek internet..
thanks for sharingnya mbak Shinta ^_^
sama-sama 🙂
saya guru, dan kadang kepribadian anak yang ditampilkan di rumah berbeda dengan yang di sekolah. Harus punya hubungan yang baik antara ortu dan sekolah. Kudu hati2 punya anak jaman sekarang -_-
Semoga setiap orang tua bisa menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya dalam era digital saat ini.
Btw terima kasih untuk tulisannya yang inspiratif ini.