The Art of Solo Traveling
Sebagai seorang aries, independen adalah suatu hal yang mutlak. Kalau bisa dikerjakan sendiri, kenapa butuh bantuan orang lain. Sama halnya dengan traveling.
Sudah sekian lama saya mulai traveling ke berbagai negara di dunia. Walaupun belum semua dijelajah, namun pengalaman saya lumayan cukup banyak. Dari semua perjalanan saya, ada yang yang sendiri, grup bersama teman kantor, grup bersama keluarga, bahkan berdua atau bertiga juga saya lakoni.
Pertama kalinya saya keluar negeri adalah semasa saya sma, usia sekitar 17 tahun. Memiliki orang tua yang saat itu dinas di Batam, memungkinkan saya ke Singapura tanpa harus membayar fiskal yang lebih mahal. Cukup naik ferry saya 45 menit, sudah sampai di negara tetangga. Perjalanan ini pertama kali bersama keluarga, yang memang hanya bapak saya saja yang paham. Namun selanjutnya, saya sering bepergian sendiri bersama adek atau pacar.
Perjalanan pertama ke Singapura juga tidak menggunakan travel, karena dulu dolar Singapura juga tidak semahal sekarang, saya bebas kemana aja menggunakan taksi tanpa perlu ribed naik mrt atau bus. Hal inilah yang membuat saya memiliki keinginan untuk menjelajah berbagai negara.
Negara lain yang saya coba kunjungi adalah Korea di tahun 2012. Waktu itu, K Wave lumayan lagi kental-kentalnya. Drama Korea menjadi sangat populer dan k-pop generasi kedua juga sudah mulai dikenali di Indonesia. Tentunya karena pertama kali pergi selain Singapura (yang notabene dekat dan mudah), saya memilih join open trip.
Sistem open trip saat itu belum terlalu populer, karena masih banyak yang menggunakan full services dari travel agent. Berbeda dengan paket liburan biasa, open trip hanya meng-cover penginapan dan biaya tour leader. Sisanya seperti visa, tiket pesawat, biaya transport, makan, dan masuk tempat wisata berbayar dibayar sendiri. Ya semi-semi jalan bareng aja.
Dengan modal pertama kali ikut open trip, saya memberanikan diri untuk merencanakan liburan ke negara lainnya. Target kedua adalah Jepang. Untungnya saat itu didukung visa waiver untuk paspor elektronik dan tiket Air Asia promo yang murah banget. Jadilah itu solo traveling saya yang pertama kali.
My First Solo Traveling
Pilihan ke Jepang untuk solo traveling tentunya sudah melalui beberapa pertimbangan. Pertama, negaranya aman untuk perempuan. Kedua, kemudahan administrasi seperti visa waiver, tiket yang murah, dan mencari akomodasi terjangkau secara online. Ketiga, sistem transportasi yang mudah dipahami. Sisanya tentu makanan yang walaupun banyak yang tidak halal tapi tetap mudah dicari di minimarket dan tempat wisata yang jadi idaman orang-orang ketika berkunjung ke Jepang.
Ketika pertama kali solo traveling, tentunya ada rasa was-was apakah bisa berjalan dengan lancar, tidak tersesat, dan tidak clueless saat berada di negara orang sendirian. Tapi itu semua bisa saya atasi dengan persiapan yang cukup matang. Apalagi saat tahun 2014 itu, Jepang belum menyediakan internet gratis di jalanan seperti Korea. Alhasil, saya banyak sekali punya catatan perjalanan penting yang selalu saya baca dan catat supaya tidak salah-salah.
Belum lagi soal transportasinya. Jepang terkenal dengan transportasi kereta yang rumit dan membingungkan. Kalau tidak paham cara kerjanya dan pusing melihat banyaknya provider kereta, bisa dipastikan pasti nyasar wekekek. Apalagi saya pernah melihat ada jasa susun jadwal kereta kalau mau liburan ke Jepang. Emang serumit itu.
Untungnya era internet sudah bagus dan ada banyak situs yang menyediakan informasi mengenai perkeretapian Jepang. Walaupun saya jadinya harus menulis banyak stasiun yang harus dilewati dan membuat catatan waktu, tapi cukup menyenangkan jalan-jalan sendiri menggunakan kereta. Oia, waktu itu di Tokyo masih jarang sekali ada huruf latin. Jadi kebayang dong pusingnya saya hahaha.
Perjalanan solo saya berakhir menyenangkan. Tanpa drama nyasar, tanpa kesusahan makan, dan selalu bisa berkomunikasi bersama keluarga walau saya hanya mendapatkan koneksi internet di kamar kecil airbnb yang saya sewa. Saya juga secara tidak sengaja bertemu dengan pembaca blog saya di Jepang, yang mencari tips wisata musim dingin dan berakhir tau nama shintaries hehehe.
Another Independent Trip
Setelah perjalanan solo saya pertama kali, saya semakin percaya diri merencanakan dan bepergian sendiri tanpa travel agent. Saya mencari destinasi sendiri, hunting dan membeli tiket murah sendiri, mencari penginapan, dan rekomendasi wisata serta mempelajari sistem transportasi.
Setelah perjalanan solo pertama saya ke Jepang, saya mulai berani mengajak teman dan keluarga untuk liburan secara mandiri. Tentunya dengan pertimbangan budget dan kebebasan waktu, saya mulai tamasya keliling kota negara yang tidak hanya sekitaran Asia Tenggara saja. Mulai dari Korea untuk outing kantor yang isinya hanya bersembilan orang, ke India hanya berdua saja bermodal tiket murah dan internet, ke Jepang bersama ibu saya yang sudah sepuh, ke Australia bareng anak-anak saya, ke Eropa sama adek-adek saya, sampai umroh bersama keluarga pun saya lakukan secara mandiri.
Perjalanan lain yang saya lakukan secara solo adalah ke Eropa. Saya rasa ini adalah puncak keberanian saya yang saya uji sendiri. Semacam tantangan yang harus saya taklukkan juga untuk kepuasan diri sendiri. Sebetulnya saya berencana pergi bersama teman, tapi karena satu lain hal, teman saya ngga jadi berangkat.
Was-was tentu saja, apalagi suami, keluarga, dan teman-teman yang shock saya bepergian sendiri sejauh itu. Tapi alhamdulillah, semua aman sentosa dan malah nagih hahaha.
Here is The Tip
Solo traveling hanya dapat dilakukan oleh orang yang percaya dengan dirinya sendiri. Karena saat liburan sendiri, ya memang hanya mengandalkan diri sendiri. Ngga bisa mengandalkan siapa-siapa, apalagi di negara yang bahasa utamanya non Bahasa Inggris.
- Pilih negara yang aman dan nyaman. Bagi perempuan, penting untuk mengutamakan keamanan untuk keselamatan. Hindari bepergian sendiri ke negara seperti India. Rekomendasi solo traveling untuk perempuan: Korea, Jepang, Bangkok. Kalau punya keberanian lebih dan bisa memahami situasi, negara Eropa juga bisa menjadi tujuan untuk solo traveling.
- Banyak riset dan catat hal yang penting. Ini yang paling penting karena kita ngga punya tour leader, jadi semua harus dilakukan sendiri. Mulai dari tujuan negara, lama penerbangan, visa yang digunakan, makanan, rute tempat wisata, dan itinerary yang jelas. Walaupun mungkin nanti di perjalanan tidak sesuai itin yang sudah disusun, yang penting kita sudah punya panduan yang jelas.
- Siapkan dokumen yang lengkap. Penting ini! karena tiap negara punya regulasi sendiri. Biasakan menduplikasi dokumen penting seperti paspor dan visa untuk berjaga-jaga. Cetak juga bookingan hotel dan tiket pesawat karena sewaktu-waktu ditanyakan oleh petugas. Hasil cetak dokumen juga berguna saat smartphone kita kehabisan batere dan tidak bisa men-charge. Jadi biasakan punya dokumen yang lengkap untuk memudahkan administrasi di tiap negara.
- Siapkan kebutuhan pribadi. Karena kita berangkat sendiri dan yang mengatur diri sendiri, lengkapi semua kebutuhan pribadi yang bisa dibawa seperti obat-obatan, makanan, sampai baju-baju. Usahakan mudah dibawa sendiri, bisa menggunakan backpack atau 1 koper yang mudah ditarik kemana-mana. Ukuran beratnya pun yang mudah kita angkat naik turun tangga dan tidak melebihi kapasitas.
- Siapkan fisik sebulan sebelum berangkat. Menurut saya, ini yang paling penting. Memiliki fisik yang kuat dan sehat merupakan kunci kesuksesan. Amit-amit kan kita malah kecapean dan kelelahan karena fisik tidak dijaga staminanya. Jadi siapkan fisik dengan berolahraga rutin sebulan sebelum berangkat, bisa dengan berjalan kaki rutin setiap hari selama 30-45 menit dan olahraga berat (cardio) seperti tenis, badminton, lari, atau basket seminggu sekali. InsyaAllah fisik jadi lebih kuat staminanya dan tidak cepat lelah saat sedang di perjalanan jauh.
- Siapkan alat “tempur”. Bukan peralatan perang hehehe tapi lebih ke alat tempur untuk kita bisa survive, contohnya power bank, tripod, kamera, wifi portable, colokan international, dan lain-lainnya yang dirasa penting. Karena tanpa alat tempur ini, kita nanti bakal kesusahan sendiri dan malah menghabiskan banyak budget.
- Belajar mandiri saat di negara sendiri. Untuk latihan, penting nih menjadi mandiri dulu di negara sendiri. Seperti membiasakan naik angkutan umum, menggunakan google maps untuk melatih membaca peta dan skejul kereta, sampai tidak menggunakan ojek online dulu. Karena yah, di Indonesia aja semuanya nyaman karena menggunakan kendaraan pribadi dan tersedia ojek online dengan sekali klik, ditambah bisa turun bebas dimana-mana.
- Latihan solo traveling di kota-kota terdekat. Kalau belum berani dan terbiasa, boleh nih mencoba dulu jalan sendiri yang dekat-dekat. Seperti ke Jogja atau Semarang. Hitung-hitung belajar mandiri dan melatih membaca situasi.
Kalau masih belum berani solo traveling, ya ngga usah dipaksa. Lebih baik cari teman atau ikutan open trip aja daripada nanti malah bingung pusing tujuh keliling. Lagipula, solo traveling memang terasa lebih sepi karena sendirian. Susah untuk yang sukanya rame-rame dan biasa bersosialisasi.
Saya sendiri menikmati kesendirian saat solo traveling. Suka tantangannya dan selalu punya cara untuk mencari solusi. Kalau ditanya, apa ngga bengong melulu kalo sendirian? Jawabannya adalah TIDAK. Karena saat solo traveling, justru pusing karena harus mikir sendiri terus-terusan hahaha.
No Comments