Ngemil Es Krim Klasik Ragusa
Ngapain enaknya kalo lagi cuaca panas yang memang dialami oleh negara tropis seperti kita ini. Kalau ngga berenang, kegiatan lainnya yang menyegarkan di musim panas adalah makan es krim. Dingin dan manisnya es krim membuat rasa seger di tenggorokan. Es krim tentunya mudah ditemukan di warung-warung yang menyediakan pendingin. Murah dan banyak pilihan. Tapi ngga ada salahnya kan mencoba es krim asli dengan rasa original tanpa bahan pengawet.
Disebuah tempat di pusat Jakarta. Sebuah tempat bernama Ragusa, sebuah kedai es krim yang sudah beroperasi semenjak jaman Belanda. Iya tahun 1932 kalau menurut dari tulisan yang dipasangnya di dinding. Lokasi kedai ini adalah di Jl Veteran Jakarta Pusat persis sebelah kiri Masjid Istiqlal Jakarta. Hanya saja, karena satu arah jadi masuknya melalui Monumen Nasional (Monas). Kira-kira sepuluh toko dari pintu masuk veteran belakang itu, Ragusa nyempil ada di antara deretan restoran modern.
Es krim tradisional ini rasanya masih dipertahankan semenjak dibuka dan masih menggunakan alat klasik manual yang sama. Rasanya yang ringan dilidah, tanpa pemanis berlebihan, dan juga tidak memakai bahan pengawet adalah keunggulan dari es krim ini. Beberapa menu olahan es krim disuguhkan sebagai menu utama. Iya menu utamanya es krim, jadi kesini sudah pasti yang bisa dimakan hanya es krim. Sebetulnya hanya bentuk dan campurannya saja yang membuatnya berbeda. Jadi walaupun memakan es krim yang berbeda tetap rasanya sama saja hehehe.
Menu es krimnya terdiri dari berbagai varian rasa. Mulai dari rasa asli seperti Mocca, Vanilla, Chocolatte, Strawberry, dan Nougat. Ada juga rasa premium seperti durian dan rum raisin. Hmm penggemar durian pastinya ngga mau melewatkan yah. Kalau mau sedikit rasa yang dimix bisa nyoba Coupe de Maison dan Special Mix. Bisa juga nyobain yang jenis yang berbeda seperti Chocolate Sundae, Tutti Prutti, Cassata Silicana, Banana Split, dan Spagetti Ice Cream. Untuk yang jenis fancy ini, saya sudah mencoba semua jenis es krimnya hehehe. Karena datengnya ngga sendirian, saya kerap bertukar untuk mencicipi rasa es krimnya seperti apa. Soal rasa, sudah pasti berbeda dengan es krim biasa. Tapi yang namanya es krim masih dibuat manual terkadang rasanya ngga bisa sama tiap harinya.
Untuk masalah harga, tentunya juga ngga bisa disamakan dengan es krim yang beredar luas di mini market. Harganya jauh diatas harga es krim biasa tapi masih lumayan terjangkau. Untuk sekedar duduk-duduk sambil ngobrol dan santai, tempat ini lumayan bisa digunakan, tapi tidak bisa lama-lama. Saking populernya tempat ini, hampir setiap wiken selalu penuh dari siang hingga malam. Jadi jangan heran kalau ingin mendapat tempat duduk, kita harus berdiri menunggu orang yang sedang makan disebelah mejanya. Iya, kita nunggu orang makan dan saat kita makanpun pasti kalau sedang penuh ditungguin juga hehehe. Kalau tidak ingin menunggu, es krim dibawa pulang bisa jadi alternatif.
Selain es krim, kita juga bisa memesan makanan yang dijual di depan toko Ragusa. Makanannya bermacam-macam, mulai dari sate, otak-otak, asinan, dan lainnya. Tapi jangan kaget, harganya bisa dua sampai tiga kali lipat dari harga yang biasa kita beli. Jadi saran saya sih, beli satu untuk dimakan rame-rame. Toh tujuan ke situ tidak untuk makan besar kan. Sudah tiga kali saya mencicipi es krimnya dan rasanya memang sangat pas. Pelayanannya juga tergantung orang yang melayani, jadi tidak bisa disamaratakan dan tidak seperti restoran yang memiliki SOP yang jelas tentang pelayanan.
Interior kedai ini masih dipertahankan keasliannya. Penggunaan kursi rotan, meja kayu, dan hiasan dinding yang sudah berumur masih setia digunakan. Terkadang ada musik yang ngga gratis alias pengamen hehehe. Tapi tetap saja cukup menghibur diantara hiruk pikuk pembeli yang silih berganti. Semakin malam sudah bisa dipastikan semakin ramai. Tips dari saya sih, datanglah di jam-jam yang agak longgar antara jam dua siang sampai jam empat sore. Kalau lewat dari itu apalagi di saat akhir pekan, saya ngga bisa jamin ya^^.
Duh fotonya bikin ngiler mak, kelihatannya enak banget yaa… seger gitu *siapin tadah iler 🙂
emberr makk, ngencess terus inih sayah hehehehe
Aku belum kesampaian ke sini, Mak. Huaaa … foto-fotonya mengundang banget *jilat-jilat layar lappy*.
ayoo mak tak traktir makan es krim qiqiqi
Yang kerap disinggung dari Ragus memang pelayanannya ya? hahaha. 😀
Semestinya untuk tempat makan yang sudah puluhan tahun berdiri ini punya SOP yang jelas mengenai adab pelayan kepada pengunjung. Masak beli es krim Ragusa untuk dibawa pulang hanya karena trauma dilayani dengan buruk? :p
setau saya ragusa adalah usaha keluarga yang masih tetap mempertahankan ciri tradisionalnya. Semua masih serba sama sampai dalam hal pelayanannya. Jadi mereka kayaknya bukan cari profit yang tinggi dan memiliki standarisasi yang jelas. Yang penting semua masih bisa makan es krim *CMIIW
Suka Banananya. Suka Duriannya juga.
Jadi, saya pesan dua ya, Bu. Dibungkus saja. 😆
200ribu aja ya jeng sama ongkir ke banjarnegara 😛
Whuaaaah, Ragusa favorit sejak aku kecil dan sekarang menular ke anak-anak 🙂
Dulu, makannya sih bisa santai, kalau sekarang ditungguin orang euy 🙂
Aduh jadi pengen makan sate, gado-gado, otak-otak, plus dengarin pengamen yang setia di sana,
kalo dapet tempat duduk enak ya mak
lama-lama orang ngga ngerasa risih lagi ditungguin dan menunggu hehehe
mauuuuu mbak es krimnya
hayuukk mba lid, kapan-kapan nongkrong bareng ^^
enak nih eskrimnya…mau dunk mbak.hehe
Bolehh, ayukkk sambil ngeskrim wekekeke bawain saya ponsel baru yak :p