Belakangan ini, saya lagi tergila-gila dengan musik Sape Dayak. Iya, alat musik tradisional suku Dayak, yang luar biasa menyihir telinga saya. Selama 14 tahun tinggal di Kalimantan dan akrab dengan suku Dayak yang sudah menjelma jadi masyarakat perkotaan, membuat saya cukup akrab dengan alat musik ini. Apalagi kalau sedang ke Balikpapan, suara musik di bandara juga terdengar petikan indah Sape Dayak.

Ini membuat saya melayang ke Drama Korea Princess Hours yang menggunakan alat musik tradisional Korea sebagai bagian dari soundtracknya, dan hasilnya keren banget kan. Trus saya jadi berpikir, Sape Dayak ini, bisa banget menjadi bagian dari musik komersil Indonesia. Terlepas akan digunakan sebagai apa dan masuk dalam kategori apa. Kemudian, secara tidak sengaja saya menemukan bahwa salah satu finalis Asia’s Got Talent Malaysia menggunakan Sape Dayak ini sebagai instrumen musiknya. Hasilnya, luar biasa indah.

Well, saya tidak akan berdebat panjang tentang klaim kebudayaan. Apakah Sape Dayak ini milik Kalimantan Indonesia atau Sarawak Malaysia. We both own it. Hanya saja pertanyaannya, sejauh mana kita betul-betul membuat tradisi milik Indonesia tetap ada dan menjadi bagian dari hidup kita untuk tetap lestari. Jadi dari pada menghabiskan waktu untuk berdebat, lebih enak kita mulai mencintai tradisi dan budaya milik sendiri kan.

Ah, saya banyak bicara nampaknya. Maklum masih memakai smartphone keluaran Tiongkok, laptop keluaran Amerika, dan baju-baju import yang dibeli saat diskon. Tapi tentunya hal ini ngga menyurutkan nasionalisme saya. Saya masih yang terpesona lihat Indonesia masuk di Amazing Race, masih yang terpana lihat binatang unik Indonesia di National Geo channel, dan bahkan masih kangen pulang ke Indonesia kalo udah kelamaan di luar negeri.

Mulai Dari Mana?

Belum sangat terlambat untuk mengikuti anjuran pemerintah untuk membeli produk dalam negeri. Apalagi di saat krisis (yang belum diakui) seperti ini. Harga barang mulai melonjak dan kita diminta membeli produk dalam negeri walaupun harganya akan jauh lebih mahal dari barang yang diimpor dari Tiongkok. Dan yang kita pikirkan hanya sejumlah rupiah yang dikeluarkan.

Dulu itu, saya pernah ingat sewaktu Korea sedang membangun kerajaan industri elektronikanya. Tentunya masih ingat bagaimana Samsung, LG, adalah produk elektronik kelas bawah dibandingkan dengan produk Jepang yang memang berkualitas tinggi. Awalnya pun produk mereka dari segi kualitas masih sangat jauh dan harganya juga mahal.

Tapi yang saya kagumi, yang saya ingat adalah bagaimana masyarakat Korea saat itu, memilih untuk tetap membeli produk dalam negeri mereka. Hanya karena mereka cinta dengan produk dalam negeri mereka. Dengan harapan, bahwa dengan mereka membeli walaupun harganya mahal, akan dapat digunakan untuk kepentingan penelitian yang mampu untuk menciptakan produk yang lebih murah dengan kualitas terbaik. Dan hal itu terbukti dalam hitungan tahun. Bagaimana saat ini produk Korea mampu bertahan di dunia bahkan di Indonesia.

Produk Indonesia dari 34 Propinsi Ada di SMESCO Indonesia 

Mungkin sudah agak susah menemukan produk yang memang asli Indonesia. Dibanjiri oleh produk impor dari Tiongkok, mulai dari makanan sampai pakaian, bahkan produk impor ini dengan mudah bisa ditemukan di mana saja. Kita jadi kesulitan sendiri untuk menemukan produk Indonesia yang berkualitas, terutama barang-barang kerajinan yang khas sekali Indonesia. Apalagi dengan beragamnya suku, budaya, adat istiadat Indonesia, kita bakal menemukan keunikan tersendiri yang tidak ditemui di produk manapun.

Adalah SMESCO Indonesia, sebuah tempat di mana kita dapat menemukan berbagai macam produk buatan Indonesia. Mulai dari kopi, coklat, kain, sepatu, elektronik, dan masih banyak lagi. Semua dapat ditemukan di UKM Gallery yang memang diperuntukkan sebagai display produk dan kegiatan transaksi langsung. Semua hasil produknya merupakan asli buatan para pengusaha UKM Indonesia. Yang berkualitas dan memiliki kualitas ekspor serta mampu bersaing dengan produk dari luar. Jadi jangan heran jika harganya memang sedikit lebih mahal, tentunya karena kualitasnya adalah yang terbaik.

Selain UKM Gallery, di mana kita dapat menemukan produk lokal berkualitas, ada paviliun propinsi yang merupakan program ekspose produk unggulan daerah. Sebanyak 34 propinsi memiliki paviliun tersendiri yang tersebar di lantai SME Tower. Wawasan akan kebudayaan yang dimiliki Indonesia akan menjadi nilai tambah kalau berkunjung ke sini. Saya sendiri sampai takjub bisa melihat banyaknya corak batik yang berbeda-beda tiap daerah, manik dengan pattern yang berbeda juga, sampai melihat topi bentuk aneh dari Papua hehehe.

Saya sih merasanya akan mengeluarkan banyak biaya untuk bisa sampai ke setiap propinsi secara langsung. Tapi dengan Visi dan Misi SMESCO untuk mengangkat produk lokal Indonesia, belajar dan mengenali budaya negeri sendiri jadi sangat mudah. Tinggal datang ke Gedung SMESCO Tower di Gatot Subroto, dan mulailah menjelajah pesona Indonesia.

SMESCO Netizen Vaganza 2015

Untuk mempromosikan keberadaan UKM Gallery dan paviliun propinsi ini, SMESCO terang-terangan menyasar segmen Women, Youth, and Netizen. Yang memang sudah teredukasi baik dalam informasi maupun konektivitasnya. Sehingga tujuan untuk lebih mempopulerkan hasil karya Indonesia baik merek dan produk terutama untuk dunia global akan lebih mudah dicapai. Tidak heran, event SMESCO Netizen Vaganza 2015 yang diadakan pada tanggal 26 dan 27 September mampu menarik perhatian para mahasiswa dan juga netizen.

smescovaganza

Pembukaan SMESCO Netizen Vaganza ini sangat ramai dan meriah. Para peserta yang umumnya terdiri dari mahasiswa dan pelajar Jakarta ini sangat antusias untuk mendapatkan ilmu dari para pembicara workshop. Empat pembicara yang sudah sangat dikenal mampu menarik perhatian karena memang eranya sudah sangat digital. Apalagi materinya juga sangat padat dengan ilmu.

smescovaganza

Travel Writing tiba-tiba menjadi semacam tren di Indonesia. Dengan adanya low cost carrier, banyak orang yang mewujudkan impiannya untuk bisa pergi ke tempat yang diinginkan. Akan tetapi, dalam perjalanan dan banyak hal yang ditemukan, masih banyak yang bingung bagaimana mendeskripsikannya ke dalam sebuah tulisan yang menarik. Mas Agustinus Wibowo menjelaskan detail mulai dari tujuan perjalanan, mengolah kata, sampai pengalaman menarik yang dialaminya selama perjalanan.

agustinus-wibowo
Photo by Evi Indrawanto

Beda lagi dengan Sacha Stevenson yang populer dengan Vlog nya di Youtube yang sudah mencapai 200 ribu lebih subscriber. Media video membuat Sacha menjadi lebih kreatif, apalagi semenjak diberlakukan moneytize pada video yang dibuat. Sacha yang mengaku sempat jobless ini menemukan titik terang di dunia media video. Dengan kreativitasnya dan mengangkat tema Indonesia di mata orang asing, membuatnya lebih dikenal dan semakin cinta Indonesia. Damn, I can see how much she loves Indonesia through her videos.

Tidak ketinggalan tip keren juga disampaikan oleh Raiyani yang menjelaskan tentang Still Life Photography dan juga Mba Yeyen tentang bagaimana memanfaatkan social media untuk hal komersil. Untuk yang belum bisa hadir dan ingin menjadi bagian dari penggunaan lokal brand, bisa ikutan lombanya loh dan tunjukkan kalau kita bisa lebih Indonesia. Syarat dan ketentuannya mudah, hadiahnya juga banyak.

SK LOMBA BLOG

Ayo tunjukkan Indonesia-mu dan pasti lokal brand lebih keren!

Info lebih lanjut

website : smescoindonesia.com

twitter : @smescoindonesia

#SmescoNV

0 0 votes
Article Rating