List pertama dan utama saya saat pergi ke Jepang kemarin adalah ke Museum Fujiko F Fujio atau yang biasa dikenal dengan Museum Doraemon. Walaupun sedang ada Doraemon Expo di Ancol, saya tetap tidak tertarik datang ke sana hehehe. Ngga tau kenapa sih, tapi kayaknya ya seru aja kalo bisa langsung melihat di negara aslinya.

Setelah browsing sana-sini termasuk membaca di Japan Guide, saya hanya berpikir sederhana bahwa tempatnya tidak susah dicapai dan jelas petunjuknya. Tapi ternyata tidak semudah itu sodara-sodara wkwkwk. Beberapa kali saya mengalami kesulitan, apalagi itu baru hari pertama menjejakkan kaki di Tokyo dimana saya harus mengalami beberapa penyesuaikan diri *tsah. Maksudnya mempelajari moda transportasinya.

Membeli Tiket

Tiket untuk masuk ke museum tidak dijual di tempat. Tapi ada di mesin penjual tiket yang bernama Loppi Automatic Ticket Machine. Dan mesin ini hanya ada di Lawson di Jepang. Dan tidak semua Lawson ada, karena saat saya ke Lawson dekat apartemen saya menginap, mesinnya tidak tersedia disitu. Akhirnya dengan petunjuk Miki Suzuki dan sedikit bertanya sama polisi yang jaga, saya bisa menemukan Lawson yang cukup dekat jaraknya dengan berjalan kaki.

Jadi di dalam kepala saya nih, setibanya di Jepang saya harus langsung ke Lawson mencari tiket museum karena jadwalnya yang dibatasi. Tapi karena sampe di Tokyo udah agak malam dan belum mandi, jadinya saya memutuskan untuk pergi keesokan harinya dan menjadwalkan masuk museum jam 10 pagi. Jadilah jam 8 pagi udah siap-siap ke Lawson dan estimasi jam 10 tepat bisa sampai di Museum Fujiko F Fujio.

Begitu sampai di Lawson, jreng-jreng saya lupa kalau mesin tiketnya hanya ada dalam Bahasa Jepang wkwkwk. Salah saya juga sih ngga baca petunjuk secara detail. Dan setelah bengong sebentar, saya coba tanya ke pelayan Lawson tapi satupun ngga ada yang bisa Bahasa Inggris wkwkwkw. Mateklah saya! Trus, coba mikir enaknya gimana dan parahnya di Lawson pun ngga ada wifi gratis. Untungnya saya bawa mifi kecil yang dipinjamin oleh Miki. Dia ngga tau loh saya bawa-bawa mifinya wkwkwk. Akhirnya browsing petunjuk pembelian dengan Bahasa Inggris, jadi di petunjuk itu cukup mengikuti huruf-huruf kanji yang sama.

Sampai sini lancar banget, saya bisa dengan mudah memilih tiket yang dibutuhkan. Kemudian pilih hari which is hari itu dan jam 10.00 yang masih tersedia karena bukan hari libur. Dan sampailah pada saat yang mendebarkan wkwkwk. Ada satu pilihan yang ngga ada di petunjuk dan saya no idea apa yang sedang ditanyakan, karena sudah asal pencet masih saja ngga mau melewati menunya. Akhirnya ngga selesai-selesai transaksi saya. Ada kali, mencoba sampai 3x dan akhirnya saya menyerah.

Ngga sampai mengibarkan bendera putih sih, tapi akhirnya saya mencoba bertanya ke pelayan di Lawson dan senangnyaa ada yang bisa berbahasa Inggris walaupun ngga lancar-lancar banget wekekek. Kemana sih dia tadi bikin saya keki ajah hehehe. Ternyata isian yang harus diisi dan tidak ada di petunjuk itu adalah nama dan nomor telepon. Dan pelayan itu berbaik hati mengisikan untuk saya. Eh tapi ngga lancar juga loh, beberapa kali ngga mau ke input dan dia baik banget pake nelpon ke customer service cuma untuk memastikan apa yang harus diisi.

Dan akhirnyaaa saya bisa dapet struk pembayaran dari tiket tersebut, horeee!!!. Setelah itu, langsung deh bayar di kasir sebesar 1000 Yen dan langsung di print tiketnya yang unyu-unyu itu. Duh senang ngga karuan ternyata saya bisa juga dapetin tiketnya di negeri bahasa dan tulisan antah berantah itu wkwkwk. Dan ternyata saya menghabiskan satu jam ada disitu. Takutnya memang saya telat datang karena booked yang jam 10, tapi nyatanya saya sama sekali ngga takut telat karena tau kalau hanya dalam waktu setengah jam saja saya bisa sampai. Secara gitu yaa, kereta di Jepang kaga ada yang telat wekekek.

Transportasi ke Museum Fujiko F Fujio

Menurut Japan Guide, cara untuk ke Museum Doraemon ini mudah sekali. Apalagi posisi saya persis dari Stasiun Shinjuku, salah satu stasiun tersibuk karena semua line ada di sini. Dan dalam pikiran saya sih, yah kalo di petunjuk gampang begini pasti bisalah. Ternyata sodara-sodara wkwkwk saya sempat pusing waktu di Stasiun Shinjuku ini. Saya agak ngga ngeh kalau line berbeda itu artinya masuknya juga berbeda. Tidak sama dengan posisi start saya.

Kurang lebih ada kali 10 menit saya bengong sambil makan permen karet. Mencocokkan itin saya antara stasiun dan nilai uangnya. Karena patokan beli tiket adalah sejumlah Yennya kan. Tapi akhirnya saya sadar, kalau saya harus ke pintu dengan line yang sudah tertulis di Itin. Dan mapnya tentu berbeda dengan line yang saya gunakan. Akhirnya muterlah di stasiun yang padat itu dan ketemu Odakyu Line sesuai petunjuk di Japan Guide. Tarif dari Shinjuku ke Noborito adalah 250 Yen.

Sampai disini, belum selesai drama saya wkwkwk. Parahnya saat naik kereta di Odakyu Line itu, semua dalam Bahasa Jepang. Sama sekali ngga ada latin, boro-boro Bahasa Inggris. Keretanya masih model Commline kita yang ngga digital. Artinya masih pake halo-halo masinisnya dan petanya masih dalam bentuk tempelan. Saya jadi berasa terasing dan siap-siap buat tersesat wkwkwk.

Akhirnya, saya memastikan sampai di Stasiun Noborito berdasarkan waktu tempuh yang sudah saya catat. Masalahnya, petunjuk di Japan Guide ngga ngasi tau berapa banyak stasiun yang harus saya lewati untuk sampai di Noborito itu. Jadilah saya diem sambil tutup mata dan mendengarkan setiap masinis ngomong. Kan pasti dia bilang toh, Noborito-des (yah gitulah kurang lebih wkwkwk). Dan saya bisa sampai juga karena setiap kereta berhenti di stasiun, saya akan mencari plang nama stasiun. Begitu membaca Noborito, saya tau kalau saya sampai hehehe.

Keluar dari stasiun, ada shuttle bis yang mengantar langsung ke Museum Fujiko F Fujio. Untungnya saya sudah siapkan uang receh sebesar 210 Yen untuk ongkos bisnya. Shuttle ini ada setiap 10 menit dan saat saya sampai di stasiun bisnya sudah nongkrong manis menunggu saya, eh penumpang untuk dibawa langsung ke museumnya. Untungnya suara penyambutan di bus ada yang berbahasa Inggris walaupun supirnya ngga ada yang bisa Bahasa Inggris wekekek. Jadi ada semacam guide yang menceritakan tentang Museum Fujiko F Fujio dan saat ini sedang berada di lokasi sebelah mana.

Tebak dong saya akhirnya sampai jam berapa di Museum Doraemon hehehe. Tepat jam 10 bahkan kurang 5 menit. Hebat kan. Dengan drama tiket di Lawson yang cukup lama itu, trus bengong ngga jelas di stasiun, saya masih bisa datang tepat waktu ke museum. Gila emang system transportasi kereta di Jepang, kaga ada yang molor euy dan cepat pastinya.

Ada Apa Aja di Museum?

Sebetulnya, museum ini adalah museum khusus untuk mengenang Prof Fujiko F Fujio, tapi museumnya sendiri lebih dikenal dengan nama Museum Doraemon. Padahal hasil karya blio sangat banyak, tidak hanya Doraemon saja. Prof Fujiko F Fujio ini adalah karikatur Jepang yang sangat jenius dan hasil karyanya sangat mendunia karena kecintaannya pada dunia anak-anak. Semua hasil karyanya menceritakan kebahagiaan di masa kecil dan dikhususkan untuk anak-anak.

Di dalam museumnya, ditampilkan semua perjalanan karir Prof Fujiko F Fujio. Dimulai dari awal mula menggambar sampai akhir masanya. Semua dalam bentuk peninggalan gambar ataupun video hasil rekaman televisi. Ngga ada pemandu wisata disini, tapi hanya disediakan semacam perekam suara sesuai bahasa yang kita mau. Untungnya ada Bahasa Inggris, kalau engga saya bisa pengsan lagi wkwkwk.

Jadi setiap kita ke bagian ruangan museum, akan ada nomor yang harus dipencet sesuai dengan nomor yang tertera di dinding. Kemudian akan keluar penjelasan sesuai apa yang kita lihat. Begitu juga dengan video yang otomatis terputar ulang saat kita memencet tombol. Jadi jangan khawatir kita ngga tau kisah apa yang ada di museum karena semuanya lengkap ada di rekaman itu.

Semua yang dipajang di museum ini adalah barang asli dan karya asli peninggalan sang professor. Alat gambar, draft komik, meja kerja, sket pertama, bahkan sketnya itu masih dalam kondisi yang sebenarnya. Walaupun warnanya sudah agak sedikit pudar karena termakan usia, tapi semua masih dalam kondisi baik dan terjaga. Kita juga dilarang menggunakan photo, karena blitznya akan merusak kualitas kertas, saking tuanya kali ya.

Hasil karya coretan professor ditampilkan semua di sini. Mulai dari yang kita kenal seperti P-man, Chimpui, dan komik lain yang saya ngga kenal. Beberapa juga ada dalam versi animasi. Dan ssttt saya lihat versi asli Doraemonnya itu loh sewaktu muncul di majalah kumpulan komik pertama kali wekekek. Bentuknya ngga sebagus sekarang yang lebih smooth dan warna birunya juga berbeda. Saya juga melihat bahwa sekelas Prof Fujiko F Fujio juga masih banyak revisi dan coret-coretan di sket aslinya hohoho.

Karena kekuatan cerita sederhana Doraemon yang unik ini, akhirnya kisah Doraemon bisa masuk menjadi komik tersendiri dengan berbagai versi. Dan setelahnya, keluar versi animasi yang kita kenal sampai saat ini. Kisahnya dari dulu ternyata tidak berubah, yaitu tetap dengan dunia masa depan dan kebodohan Nobita dengan gambar yang lebih rapi serta warna yang lebih terang.

Wuih saya bisa melihat, betapa jeniusnya Prof Fujiko F Fujio. Sangat tidak mudah loh memiliki kemampuan menggambar sekaligus pengarang cerita anak yang bakalan dikenang sepanjang masa. Bahkan mungkin menjadi sejarah tersendiri buat saya dan teman-teman yang masa kecilnya dihabiskan dengan membaca komik.

Beberapa pendapat bilang, bahwa museum ini ngga seru dan hanya melihat-lihat hasil karyanya saja. Well saya bisa bilang, kalau itu pasti bukan penggemar komik yang ngomong wekekek. Karena apa yang saya dapatkan disini jauh dari ekspektasi saya. Saya bisa terkagum-kagum dengan kejeniusan Prof Fujiko F Fujio dan sangat merekomendasikan adik saya yang juga karikatur manga untuk datang ke sini. Ada banyak sekali yang saya pelajari saat mengunjungi museum ini. Dimana ternyata, profesi seorang karikatur juga bisa dihargai dan menghasilkan pendapatan yang tidak sedikit. Bahkan di paspor Prof Fujiko F Fujio ini, pekerjaan tertulis Karikatur loh. Hebat kan. Ya mungkin ini karena di Jepang, siapa tau di Indonesia juga bisa ada yang seperti ini.

Kalau ada yang bilang juga museum ini tidak cocok untuk anak-anak, mungkin iya kalau usianya masih balita. Tapi kalau usianya sudah mulai memasuki usia SD yang tertarik dengan dunia manga, kudu banget diajak kesini. Supaya bisa lebih termotivasi dan banyak belajar serta terinspirasi dari Prof Fujiko F Fujio.

Exhibition Room Doraemon

Kalau sudah berpuas mengagumi hasil karya dan perjalanan karir Prof Fujiko F Fujio, saatnya kita ke ruangan khusus Doraemon sebelum narsis yak wkwkwk. Di lantai 3 setelah Exhibition Roomnya Prof Fujiko F Fujio, ada ruangan khusus yang berisi tentang Doraemon.

Dimana kisah-kisah unggulan dari setiap buku dipajang disini. Orang yang khatam dengan komik Doraemon seperti saya ini. Sudah pasti selain hapal cerita, juga pasti akan tersenyum-senyum sendiri membaca kisah Doraemon yang fenomenal itu. Kisah sederhana tentang dunia anak-anak yang menyenangkan dan pasti dialami oleh semua orang. Walaupun sudah tahu kisahnya, mendengarkan dan melihat versi gambar aslinya itu sensasi yang berbeda rasanya.

Dan di ruangan ini , memuat versi pertama Doraemon yang kisah aslinya ada di sebuah majalah kumpulan komik (semacam Nakayoshi) pada tahun 70an. Dan bagaimana mengalami perubahan dan perkembangan versi dari segi cerita yang lebih menarik untuk anak-anak. Pokoknya buat Doraemon mania, ngga bakal nyesel menikmati sejarahnya ini.

Setelah melewati kisah Doraemon, begitu keluar dari ruangan yang suhu dan pencahayaannya diatur itu. Kita bisa langsung masuk ke People Plaza dan Manga Corner. Hehehe saatnya bernarsis ria dong disini dengan barang-barang yang sering dipakai oleh Nobita dan juga dekorasi berbau Doraemon.

Selain berfoto, ada juga theater kecil yang filmnya berisi tentang kisah yang dibuat Prof Fujiko F Fujio. Dimana di dalam kisah tersebut, karakternya adalah semua hasil ciptaan Prof Fujiko F Fujio. Huhuhu saya bisa bilang bagus banget *duh saya kaya anak kecil yak wkwkwk. Khas sekali Prof Fujiko F Fujio, dimana selalu ada kisah persahabatan, cinta monyet, dan kisah lucu menarik lainnya. Seketika saya jadi kangen sama masa kecil saya dulu.

Begitu puas nonton filmnya, saya langsung ke rooftop playground. Dimana ada patung Doraemon dan Nobita yang lagi naik Pisuke, ada juga pintu kemana saja, dan yang semua pasti hapal adalah lapangan bermain lengkap dengan gorong-gorongnya. Sayangnya waktu itu lagi gerimis, untungnya disedikan payung dan ketemu orang China yang mau saya mintain tolong photo hohoho.

Sesudahnya sebelum pulang, saya nongkrong dulu di Cafenya yang berisi makanan yang di desain khusus dengan karakter unik dan lucu. Saya akhirnya beli minuman hangat dan spaghetti untuk mengisi perut karena sudah masuk makan siang. Eh sambil update status deng, untung bawa mifi yang lagi-lagi ngga ada wifi disitu wekekek.

5 1 vote
Article Rating