Gaya bener deh ah bahasa saya wkwkwk. Kesannya itu suatu kasus heboh yang harus dibahas secara khusus. Apalagi masalah perkeretaapian yang ada di Jepang. Iya sih, buat saya misteri. Karena waktu kemarin browsing tentang JR Line dan sebagainya, saya menemukan sebuah blog yang memberikan jasa pengaturan sistem transportasi khususnya kereta api saat liburan di Jepang.

Well kayaknya ribet dan susah ya kalo menurut penjelasan si empunya blog. Yang katanya dia butuh beberapa waktu yang cukup lama untuk bisa paham sistem jaringannya. Lah saya yang taunya cuma dari Pesing ke Tangerang aja sok-sokan mau ikutan bingung di stasiun wkwkwk. Jadi rasanya susah bener gitu.

Tapi kekhawatiran saya ini ngga dibuat tambah bingung dengan penjelasan adek saya. Dia bilang, yang penting ikuti linenya, mau kemana. Dan beli tiketnya tinggal pake mesin. Dan kata kunci dia waktu itu adalah, semua jurusan atau line ada di satu mesin saja jadi ngga perlu bingung. Yang ternyata petunjuk dia ini menyesatkan saya sodara-sodara wkwkwk *getok si Rama.

Peta, Peta, dan Peta

Wajib banget hukumnya punya peta ini. Peta lengkap yang menampilkan segala jalur kereta api yang sumpah kelihatan ribet banget itu. Lebih dari 15 line dengan perusahaan layanan kereta api yang berbeda dan menjangkau semua wilayah yang ada di Kota Tokyo. Line ini ditandai dengan warna jalur yang berbeda antara stasiun asal dan stasiun tujuan. Kuncinya disini, kita jangan hanya terpaku oleh satu peta besar yang memuat semuanya. Engga, itu justru salah. Karena yang kita butuhkan adalah peta detail dari line itu. Termasuk berapa stasiun yang kita lewati dan berapa yen yang harus kita keluarkan.

Punya peta sebetulnya sangat membantu, tapi lebih penting dibutuhkan ketelitian luar biasa disini. Harus pelan-pelan dan dalam kondisi tenang untuk memahami sistemnya. Saya kejadiannya, bisa 5-10 menit diem di depan peta dan mengira-ngira apakah benar jalur yang saya gunakan. Yang bikin bingungnya, jalur tujuan berbeda maka jalur keretanya juga akan berbeda. Artinya, pintu masuknya berbeda juga. Bingung ngga tuh wekekek.

Tentukan Arah Tujuan

Dalam itin yang sudah kita buat, harus dibuat sedetail mungkin jurusan dan jalurnya. Contohnya nih, saya mau ke museum Doraemon. Saya sudah mengecek rute yang harus saya lewati dari situs Japan-Guide.com. Kemudian saya mencatat stasiun mana saja yang harus saya lewati berikut transitnya. Belum lagi detail harganya. Karena ini berguna sekali loh. Saya bisa tau, saya sedang berada di line yang salah hanya karena harga tiketnya tidak cocok dengan yang ada di itin saya.

Yang agak susahnya adalah, di situs Japan-Guide tidak terlalu detail masalah transportasi kereta ini. Jadi ngga dikasih peta stasiun yang dilewatinya. Dan tidak dijelaskan juga berapa stasiun yang harus kita lewati untuk sampai ke tujuan. Satu-satunya cara adalah dengan memphoto line yang akan kita naiki. Jadi bisa menghitung berapa stasiun yang sudah kita lewati. Soalnya kalau lewat satu saja, bahaya kan. Iya kalau tarifnya sama. Kalau beda itu yang repot. Bukan masalah bayarnya, tapi bahasanya wkwkwk.

Nah kalau udah punya photo dari detail stasiun yang bisa kita ambil di pintu masuk atas mesin tiket, kita tinggal dengerin masinisnya ngomong aja. Yah agak-agak Jepang (ya iyalah) tapi masih bisa dipahami karena yang disebutkan itu nama stasiun kan. Oia, kita ngga perlu mencatat jamnya ya. Dijamin, karena ketepatan waktu dan frekuensi yang banyak, kita ngga akan ketinggalan atau ngga dapet kereta. Cukup dengan mengira-ngira waktu tempuh yang udah ada di Japan-Guide.

Hati-hati Nyasar di Stasiun Besar

Stasiun kereta di Tokyo itu seperti pusatnya perputaran manusia. Bahkan di jam kerja saja, lumayan padat buat saya. Stasiun besar seperti Shinjuku, Shibuya, Tokyo dan beberapa lainnya yang besar, bakalan bikin bingung dan pusing. Apalagi kalau baru pertama kali wekekek. Banyaknya line dengan arah dan tujuan yang berbeda ditambah luasnya area stasiun (padahal di bawah tanah) bakalan bikin pingsan kalo ngga paham hehehe.

Jadi, pertama kali saya nyampe di stasiun Shinjuku yang merupakan salah satu stasiun yang besar. Saya sudah menyiapkan petunjuk ke host Airbnb yang sudah saya print. Berulang kali saya baca kalau saya harus melalui Keio New Line. Guess what, saya yang muter-muter gitu bingung mencari Keio New Line wkwkwk. Akhirnya saya nanya ke anak sma yang mereka juga bingung bahasa Inggris, trus akhirnya saya tau kalau New nya itu pakai bahasa Jepang. Dan ternyata namanya menjadi Keio Odakyu Line *hadeuuhh. Padahal jarak ke rumah host saya itu cuma satu stasiun aja.

Semenjak itu, di setiap stasiun besar. Saya akan pay attention banget dengan papan petunjuk dan mencari arah jalur keretanya dengan pelan-pelan dan memastikan kalau bukan salah jalan. Akhirnya saya membiasakan diri menghapal jalur masuk dan keluar stasiun, karena sumpah bingung banget kalau lupa. Bahkan saya juga tau, pintu yang ini akan berbeda jalur dengan pintu yang itu. Jadi penting sekali mengingat di mana keluar masuk stasiun yang memang kita pakai jalurnya.

JR Pass, Perlu Ngga?

Diantara semua jalur kereta, yang paling terkenal si sepertinya JR Line ya. Mungkin karena orang luar Jepang kenalnya dengan JR Pass untuk turis yang kesohor itu. Di mana sangat direkomendasikan buat turis membeli JR Pass ini sebelum dateng ke Jepang. Saya tadinya juga berpikir untuk membeli, tapi setelah dipikir ulang saya batal membeli ^^.

JR Pass hanya cucok dibeli kalau menggunakan Shinkansen. Kalau hanya muter-muter Tokyo aja ngga pake Shinkansennya buat saya agak rugi. Karena, ngga semua jalur (wisata terutama) dilewati JR Line. Seperti misalnya ke daerah wisata Asakusa yang ngehits banget untuk turis, itu pakainya Metro Line bukan JR Line lagi. Dan banyak sekali wilayah yang ngga selalu pakai JR Line. Harga JR Pass yang buat saya mahal sekali (sekitar 1 jutaan lebih) rasanya ngga pas untuk digunakan kalau ngga sampai 7 hari di Jepang.

Walaupun bisa digunakan di Shinkansen, ini hanya kereta tertentu saja dan non reservasi pula (CMIIW). Karena waktu saya cek sana sini (kebanyakan ngecek kayaknya), ada beberapa hal yang kayaknya ngga worth buat beli JR Pass. Intinya kalo buat saya, JR Pass ngga cocok dipakai kalau hanya muter di Tokyo. Lagi pula, harga tiket kereta ngga terlalu mahal juga. Karena receh aja yang saya pakai wekekek.

Shinkansen, The Fastest Bullet Train!

Dan… ngga lengkap rasanya kalo ngga nyobain Shinkansen di Jepang hohoho. Ini adalah tujuan utama saya sebenernya hahaha. Jauh-jauh ke Jepang cuman buat naik kereta tercepat. Untungnya saya tiba di Jepang di Kota Nagoya jadi punya kesempatan untuk mencoba Shinkansen. Jarak tempuh antara Nagoya dan Tokyo adalah 5 jam kalau naik bus. Tapi dengan Shinkansen, cukup 2 jam saja *takjub. Saya sampe ngga berani tidur saking takutnya berhenti di tujuan tapi ketiduran. Dan sumpah itu cepet banget wekekek.

Walaupun cepat, tapi sama sekali ngga goyang dan rasanya seperti kedap. Jadi ngga begitu kedengeran suara-suara bising diluar. Oia saya juga melewati Gunung Fuji hohoho. Lumayan banget pemandangannya. Saya jadi teringat kisah-kisah klasik Jepang yang selalu saya lihat di televisi, rasanya seperti mimpi bisa melihatnya langsung.

Interior dalamnya tentu saja sangat mewah dan bersih pastinya. Tempat duduknya empuk dan dilengkapi dengan colokan. Tapi saya udah punya bekal powerbank, jadi ngga ngecas lagi wekekek. Lagipula takut banget ketinggalan dan lupa karena ketiduran. Oia ada yang jual minuman juga. Dan saya maunya beli kopi, lah karena ngga bisa Bahasa Jepang, ya udah minum air putih aja yang udah saya siapkan.

Harganya naik kereta ini jangan ditanya yak. Mihil bok wekekek. Kurang lebih yang harus saya bayar adalah sekitar 10.700 Yen dengan reservasi seat. Super duper mahal, tapi super duper puas. Kapan lagi kan bisa nyobain, kayaknya ini kesempatan sekali seumur hidup buat saya. Belum tentu saya bisa balik lagi kan ^^.

0 0 votes
Article Rating