Karena kita ngga takut hitam ^^

A photo posted by Shinta Ries (@shintaries) on



Masih ingat caption saya di Instagram yang berisi photo anak-anak saya yang kulitnya menghitam karena terbakar matahari? Iya, itu adalah liburan paling menyenangkan buat saya dan anak-anak ^^. Di liburan akhir tahun yang bertepatan dengan liburan sekolah, saya dan anak-anak secara dadakan pergi ke Lombok. Mendadak karena tadinya hanya pergi berdua dengan Mba Nunik. Tapi karena anak-anak juga sedang liburan, akhirnya saya boyong juga ikut liburan.

Jadi begini, saya ini tipe yang ngga mau bikin susah anak. Maunya mereka bisa nyaman dan tenang dalam liburan. Jadilah saya membooking hal-hal yang nyaman untuk mereka. Seperti misalnya, wajib menginap di hotel yang harus ada kolam renangnya, mencarter mobil untuk transportasi aman dan nyaman, sampai menyebrang dengan kapal yang khusus di sewa ke Gili Trawangan.

Iya, anak saya sebetulnya anak-anak yang manja. Mungkin saya kali yang manjain mereka hehehe. Karena sebagai ibu, saya ngga tega melihat mereka capek dan susah. Takutnya mereka jadi beranggapan kalau liburan itu bikin capek dan tidak menyenangkan. Akhirnya sebisa mungkin saya meminimalisasi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang terlalu dekat.

Mengunjungi Desa Sade

Kalau ngga ada Mba Nunik travel mate saya, saya ngga tau loh mau kemana aja di Lombok ini. Tapi untungnya punya travel mate yang terpercaya. Langsung cus dah ikutan itinerary-nya ke Desa Sade. Mainstream banget ya. Mainstream gini, saya baru pertama kali loh liburan ke Lombok 😀

Di Desa Sade, ah pasti banyak yang udah tau ya. Sudah banyak blogger yang mengulas desa klasik ini. Sebuah desa yang masih memegang teguh adat istiadat dari bertahun-tahun lamanya. Salah satu suku di Lombok yang dikenal dengan Suku Sasak. Mungkin salah satu desa yang masih ada di dalam peradaban yang ngga pernah keluar. Semuanya masih sama, masih dengan rumah pintu pendek dan lantai dari kotoran sapi. Masih dengan pekerjaan perempuan yang menenun kain dan yang terbaru katanya banyak dijual batu asli Lombok. Ini berhubungan dengan tren batu akik rasanya.

Begitu masuk, akan ada guide yang memandu kita keliling Desa Sade ini. Menjelaskan panjang lebar dari A sampai Z asal muasal Suku Sasak dan apa saja yang menjadi khasnya desa ini. Saya sudah ngga ingat lagi detailnya. Soalnya sibuk mengarahkan anak-anak untuk berhati-hati melalui jalanan licin. Sibuk megangin anak-anak plus sibuk photo juga. Untungnya anak saya ngga begitu rewel dan menikmati perjalanan keliling desa. Buat yang mau tau asal usul dan kisahnya, mampir langsung aja yaa ke Desa Sade ini di Lombok ^^.

Selesai keliling, ternyata ada suguhan tarian khas Lombok. Yaitu tari perang yang seru untuk ditonton. Rupanya sedang ada tamu khusus yang hadir dan kita jadi kebagian ikut nonton deh hehehe. Tariannya hmm agak sedikit keras juga ya (namanya tari perang), untung anak saya ngga ada yang ketakutan saat nonton. Mereka cuma bengong dan ngga paham juga makna tariannya hihihi.

Pantai Tanjung Aan

Pengen lihat anak kota yang ngga pernah liburan lihat pantai dan dibebasin semaunya wekekek. Lihat deh ekspresi dua anak saya yang merasa bebas dan lepas di pantai. Karena sebetulnya saya dan papahnya orangnya sangat kolot dan ketat terutama dalam menjaga kesehatan anak-anak. Jadi acara mandi di pantai akan selalu di batasi dan banyak direwelin. Tapi hari itu, bebas deh buat anak saya.

 

Lokasi pantai Tanjung Aan ini tidak terlalu jauh dari Desa Sade, sekitar 20 menit saja dengan kendaraan. Masih sangat sepi dan bersih. Pemandangannya luar biasa indah. Pasirnya ngga ada kerang dan bersih banget. Jadi aman membiarkan anak-anak bersenang-senang di pantai ini. Hampir 2 jam mereka bermain dan diakhiri dengan makan bekal sebelum check in di hotel.

Bersenang-senang Sambil Berenang di Hotel

Akhirnya kata-kata yang saya tunggu tiba juga. “Mah, kita kapan ke hotelnya. Ade udah cape mau istirahat.” kata Rafi. Duer, langsung berasa petir menyambar hahaha. Sampai deh saatnya berpisah dengan Mba Nunik. Karena saya tau persis kalo kedua anak saya ngga bakal bisa diajak jalan lebih jauh. Dan pilihan terakhir tentu saja hanya berenang di hotel. Akhirnya hari itu kami lewati dengan berenang di hotel sampai malam.

Keesokan harinya, saya dan dua anak saya plus dua adik saya langsung cus ke Gili Trawangan. Sayang banget kan jauh-jauh dateng ke Lombok ngga mampir ke Gili yang menakjubkan banget pantainya. Walaupun saya tau saya ngga bisa snorkeling atau melakukan kegiatan yang meninggalkan mereka sendiri, saya tetap semangat karena sudah booking hotel yang ada kolam renang dan dekat sekali dengan pantai. Paling tidak ada yang masih bersenang-senang. Dan saya? cukup melihat mereka bersenang-senang dengan gembira dan itu lebih dari cukup.

Liburan akhir tahun itu menjadi liburan yang paling berkesan, karena anak-anak diberi kebebasan untuk bersenang-senang dan bisa larut dalam bebasnya alam. Dan arti liburan seru bersama anak-anak buat saya adalah liburan yang bisa dinikmati dan sangat berkesan bagi anaknya, apapun itu fokusnya tetap pada kesenangan anak. Jadi walaupun kulit menghitam di mana-mana, pede aja ya kita ^^.

Kalau ditanya, mau ke mana lagi membawa anak-anak liburan seru? Jawabannya adalah Pulau Bintan di Kepulauan Riau. Ke sebuah resort yang menyatu dengan pantai dan alam yang indah. Pasir putihnya yang menghadap langsung ke pantai Cina Selatan membuat saya berdecak kagum, walaupun hanya digambarkan oleh ibu saya yang lebih dulu ke sana. Membuat hati saya berdesir, Indonesia ngga cuma Pulau Jawa aja. Dan rasanya selalu terbawa mimpi untuk berkunjung ke sana.

Tulisan ini diikutsertakan pada #1stGALinaSasmita

Jumlah kata : 879 (dengan spasi)

0 0 votes
Article Rating