Semenjak video tentang Digital Nomad yang beredar viral di media sosial dan grup WhatsApp, saya dan teman-teman BP Network langsung mupeng abis! Sebagai pekerja digital yang (mostly) menghabiskan banyak waktu di luar rumah dan bekerja di mana saja. Kafe, restoran, dan coworking, tentu saja menjadi tempat yang sering kami datangi.

Buat yang ngga tahu tentang Digital Nomad, ini adalah istilah bagi para pekerja digital yang bekerja secara nomaden. Yes, nomaden dalam artian berpindah-pindah tempat. Pekerja digital ini sifatnya bisa apa saja. Mulai dari freelancer, bermain saham, bisnis digital, internet marketer, pokoknya yang menghasilkan uang dari internet, sehingga memungkinkan mereka bekerja dari mana saja.

Orang-orang yang dulu menginspirasi saya adalah web designer, theme studio, web developer, e-course, serta yang berhubungan dengan digital dan blog. Sangat memungkinkan untuk mereka bekerja di mana saja dan kapan saja. Thank God, semua itu sudah bisa saya lakukan sekarang. Wekekek. Alasan ingin menjadi pekerja digital sudah pasti karena saya hobi banget traveling. Jadi, bisa liburan sambil kerja atau kerja sambil liburan!

Nah, balik lagi ke video soal Digital Nomad tadi, saya ngga nyangka kalau ternyata lokasinya itu ada di Bali. Well, Bali buat saya adalah pulau untuk liburan. Di mana-mana lihatnya bule yang lagi liburan. Anehnya, mereka bisa stay lama banget, bisa berbulan-bulan menginap di vila, siangnya bisa spa, surfing di pantai,  tapi tetap bisa menghasilkan uang untuk survive.  Salut.

Biaya hidup yang murah, suasana yang menyenangkan, fasilitas yang lumayan lengkap, orang-orang yang ramah, dan kemudahan teknologi juga sudah mendukung menjadikan Bali lokasi yang cocok untuk para pekerja digital nomaden. Ditambah lagi, sudah mulai menjamur coworking space yang susah dibedakan, apakah ini vila atau coworking space. Wkwkwk.

Di Jakarta, coworking space sih buat saya sih agak membosankan *upss sorry. Ya, mungkin karena beberapa orang terlihat geek banget (termasuk saya sih). Mereka sibuk dengan dirinya masing-masing dan hampir tidak ada kehidupan di situ. Jadi, terkesan tidak bersosialisasi dengan yang lain. Bahkan, saya dan Alma, biasanya malah chat di grup WhatsApp dan bakalan jadi paling berisik karena hobinya ngobrol ngalur ngidul. Hahaha.

Bahkan, di salah satu coworking (karena kita hobinya pindah-pindah coworking), kita jadi orang yang paling berisik karena sering berdiskusi panjang. Well, ngga betah akhirnya dan hanya bertahan berlangganan dua bulan saja sodara-sodara.

Nyamannya Bekerja di Coworking Space Legian

Saking mupengnya sama Digital Nomad yang lagi ada di Bali dan overwhelmed banget sama paperwork yang segambreng, ditambah suami yang lagi dinas juga ke sana, ya sudah, berangkatlah saya ke Bali. Sekalian juga deh ingin liburan lihat pantai dan cari suasana baru. Berbeda dengan liburan ke Bali yang sebelumnya, kali ini kepingin jajal coworking space.

Jadi ada dua pilihan, yaitu Dojo Bali (seperti yang ada di video) dan Coworking Space Legian hasil dari searching di Google. Karena saya nginepnya di Novotel bandara, jadi cari yang bisa dijangkau sama ojek online. Tahu sendiri kan, naik ojek online dari bandara itu ngga gampang. Kudu kucing-kucingan dan pakai trik. Hahaha.

Dojo Bali letaknya lumayan jauh (Kuta sebelah utara), sekitar 20 kilometer dari bandara. Gempor juga ya bok kalau naik ojek dan panasnya ngga nahan. Mana kulit masih item lagi bekas dari Derawan. Wkwkwk. Akhirnya, saya pilih yang Legian aja karena dekat dan tarifnya hanya 6rb naik ojek. Selain itu, coworking space yang di Legian ini dekat dari Double Six. Jadi, abis kerja bisa langsung lihat sunset. Ihiy!  

Kesan pertama saya waktu memasuki coworking space Legian ini, “Waaahhh! Ini cowork atau vila, sih?! Keren!” Tempatnya asli enak banget, layout-nya dibuat lega dan cozy, ditambah lagi ada ruangan outdoor dan indoor untuk merokok. Kerennya lagi, ada kolam renang dan bantal warna-warni yang bisa dipakai untuk bekerja santai dengan laptop. Di samping itu, pepohonan hijau dan angin sepoi-sepoi ikut menambah mood untuk bekerja.

Yang paling saya suka adalah pelayanannya yang ramah. Kirain karena warga lokal, saya bakalan dikacangin. Eh, ternyata nggak! Willy sang Cowork Manager menyapa dengan ramah dan mengajak ngobrol saya sambil menjelaskan semua detail isi tempat ini. Para pengguna yang mayoritas bule ini pun (selain ganteng dan cantik) pada ramah senyum dan menyapa. Apalagi, di hari Jumat sore ada sesi ramah tamah, yang disediakan makanan kecil untuk menemani ngobrol. Pokoknya beda banget deh sama suasana di Jakarta. Definitely, bakalan balik lagi ke sini bawa tim supaya lebih produktif. Wekekek.

Sorenya, saya duluan pamit karena ingin lihat sunset di Pantai Double Six atau yang lebih dikenal dengan Seminyak. Sebenarnya, saya sudah sering ke sana. Tapi, suasana yang santai dengan kelab dan live music yang menghibur membuat saya senang berada di sini. Jadi, sambil menunggu matahari terbenam, saya bisa bersantai minum teh dan lihat deburan ombak. Ceilehhh.

Biasanya, favorit saya dan anak-anak adalah La Plancha. Tapi, kalau ngga reservasi atau bawa kenalan, pasti penuh banget dan ngga kebagian tempat seperti pengalaman saya dulu. Ya sudahlah, akhirnya kemarin minggir dikit ke Cocoon Beach Club yang ngga kalah asyik juga tempatnya. Tapi sayang, sedikit ketutupan tulisan gede yang ada Travelokanya. Hahaha. It’s ok lah ya. Akhirnya, sambil nongkrong, saya juga ikutan orang-orang yang pada foto di situ.

Jadi ingat gara-gara foto sama Traveloka ini, sebenarnya saya punya cerita tentang liburan ke Bali kali ini. Saya kan nebeng sama suami yang lagi dinas ke sana, nebeng hotelnya juga, makanya dapat penginapannya di hotel bandara. Wkwkwk. Tapi, pesawatnya tetep kudu bayar sendiri dan saya langsung saja pakai Traveloka Poin yang ternyata cukup buat ditukar sama tiket pesawat PP (Kalau ngga cukup, kayaknya saya batal berangkat deh). Hahaha.

Buat yang belum tahu, kalau teman-teman melakukan transaksi di Traveloka App, baik tiket pesawat maupun hotel, nanti akan mendapatkan sejumlah poin. Nantinya, kalau poin sudah banyak, bisa ditukarkan dengan tiket maupun hotel, bahkan kalau poinnya kurang, sisa pembayarannya bisa dilakukuan dengan metode lain (ATM/transfer, kartu kredit, dan masih banyak lagi).  Uhuyyy!

Nah, 1 poin ini nilainya adalah 100 Rupiah. Semakin banyak transaksi, maka akan semakin banyak poinnya dong ya pastinya. Yang paling penting sih, bikin akunnya dulu di Traveloka dan make sure pada saat transaksi, teman-teman sudah login terlebih dahulu karena poinnya akan masuk di akun tersebut.

Saya paling hobi sebenarnya kalau urusan ngumpulin poin begini. Soalnya, beneran bisa jadi lebih hemat. Apalagi, frekuensi saya beli tiket dan nginap di hotel lumayan sering kan. Jadi, kalau ada loyalty program kaya gini, pasti dimanfaatkan bener-bener supaya bisa travel terus! Wekekek. Kalau teman-teman, sudah pada tahu belum soal poin di Traveloka?

0 0 votes
Article Rating